Apakah kamu sudah memaafkan mantan kekasihmu? Atau, apakah kamu sudah meminta maaf kepada mantan kekasihmu?
Percintaan tak bisa dimungkiri menyimpan kepelikan. Interaksi yang gebu kerap menimbulkan kesalahpahaman. Yang tak jarang berujung pada perpisahan.
Ada yang mampu dewasa, berpisah secara baik-baik. Namun tak sedikit, yang berpisah sambil membawa sakit hati. Dan betapa waktu berlalu, sulit sekali melupakan atau meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.
Bila dirasa kamu berada di posisi tersebut, entah itu masih merasa sakit hati, atau malah yang menyakiti, kini saatnyalah untuk berdamai dengan sakit hati. Mintalah maaf dan atau maafkanlah!
Janggal bukan, kekasih yang biasanya selalu ada menemani hari, tiba-tiba seperti orang asing. Sesuatu yang dimulai dengan baik-baik seharusnya diakhiri dengan baik-baik pula. Tak jadi kekasih, ia bisa menjadi teman.
Bagaimana caranya meminta maaf?
Pertama, jujur introspeksi diri dan meninjau kembali permasalahan yang terjadi. Pastikan kita sudah menganggapnya sebagai kenangan. Meminta maaf dengan mantan bukan untuk balikan tapi untuk menghilangkan ganjalan hati sebagai suatu kewajiban memperbaiki yang terlerai antar sesama manusia.
Kedua, hubungi dia terlebih dahulu dengan kerendahan hati. Tanyakan kabar. Jika direspons dengan baik, lanjutkan dengan permintaan maaf. Kalau ditanya alasannya, katakan sebab bahwa dirimu merasa salah. Jangan pakai kalimat "Maafkan aku jika aku salah..." Pemakaian kata jika tidak menunjukkan ketulusan.
Ketiga, jangan tersulut emosi jika mantan kekasihmu ternyata tak bisa memaafkan dan malah marah kepadamu. Permintaan maaf yang tulus tifak memerlukan pemeberian maaf.
Tentang meminta maaf itu, saya pernah membuat sebuah puisi pada tahun 2018 lalu. Judulnya Pelajaran Meminta Maaf:
Sambil mengerjakan pekerjaan rumah
pelajaran berikutnya, ia menunggu gurunya datang
Sebab ilmu baru akan segera ia kenali, sebuah
cara sederhana meminta maaf
Seumur hidup, ia tak pernah mengatakan itu
Teman-temannya yang ia benci begitu mudah
mengucapkan maaf setelah puas saling menyakiti
Ayahnya di rumah, kerap pulang dengan raut marah
Tapi tak pernah mengucapkan maaf pada ibunya yang ramah
Ia berterima kasih pada pemerintah
yang membuat kurikulum baru, pelajaran meminta maaf
Ia betul-betul ingin tahu arti maaf sebenarnya
Bagaimana seharusnya meminta maaf, apa kata yang perlu
diucapkan terlebih dahulu, bolehkah berkata maaf
sambil tersenyum, ataukah memang harus terpiuh-piuh
berurai air mata, sambil mengaduh-aduh
Sambil mengerjakan pekerjaan rumah
pelajaran berikutnya, ia belajar mengartikan debar
menyiapkan sejumlah pertanyaan yang akan diajukan
Tetapi, guru yang ia tunggu tak datang-datang
Lonceng berdentang, pelajaran meminta maaf
tertinggal dalam bayang-bayang
Hari itu, ia tak yakin benar-benar ada orang tulus
meminta maaf, ia tak percaya orang bisa
mengakui kesalahan, sambil membuka silabus
pelajaran berikutnya: pelajaran memberi maaf