Lihat ke Halaman Asli

Pringadi Abdi Surya

TERVERIFIKASI

Pejalan kreatif

Kehangatan Bapak dalam Paket Pempek

Diperbarui: 31 Desember 2020   21:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pempek. Dokumentasi Pribadi.

"Pak, kangen makan pempek nih. Kirimin dong dari Palembang," ujarku saat menelepon Bapak.

Karena pandemi, sudah lebih dari setahun aku tidak bertemu keluargaku di Palembang. Bukan hanya kangen tatap muka, aku juga kangen makanan khas Palembang seperti pempek. Meski ada yang juga menjual pempek di Tajurhalang dan sekitarnya, tetap saja rasa asli Palembang (terutama cukanya) tidak bisa digantikan.

"Yo sudah, ntar Bapak kirimkan pempek yang enak dari sini. Tapi basi nggak?"

"Pakai JNE saja, Pak! Yang YES!"

Pempek memang tidak punya daya tahan yang lama. Ada beberapa cara untuk menjaga agar pempek tidak basi seperti dilumuri tepung atau divakum. Namun, perlakuan semacam itu sebenarnya mengurangi rasa dari pempek. Aku tetap lebih suka pempek yang segar. Sampai di rumah langsung digoreng.

Sayangnya, sebelum pakai JNE, aku pernah punya pengalaman buruk dalam hal pengiriman pempek ini. Pempek yang dinanti-nanti tak kunjung sampai. Maklum, rumahku berada jauh dari kota. Paket yang harusnya sampai dalam sehari tertahan di Cibinong. Keesokan harinya paket pempek yang kuinginkan sudah agak berbau. Sudah tidak segar lagi alias menuju basi.

Barulah pemesanan berikutnya, teman-temanku menyarankan pakai JNE YES. Yakin Esok Sampai bukan cuma merk karena JNE berkomitmen menjaga pelayanannya. Biasanya, bakda Ashar, paket itu sampai. Karena itulah, kukatakan pada Bapak agar jangan salah pilih pengiriman. Harus JNE YES!

Pempek datang. Bersama kerupuk ikan asli Palembang. Bukan kaleng-kaleng, kualitas pempek dan kerupuk yang dikirim kualitas premium. Tanpa micin dan pemutih. 

Bapak memang tidak pernah main-main dalam pemberian. Kalau kita ingin memberi, selalu berilah yang terbaik. Jangan yang setengah-setengah, apalagi sisa.  Prinsip hidup Bapak dalam pemberian itu ikut aku pegang sampai sekarang.

Seperti beberapa waktu lalu, saat membersihkan lemari, kami menyadari lemari itu kepenuhan. Aku minta istriku untuk memilah-milah pakaian mana yang masih bagus dan layak yang ukurannya sudah tidak sesuai dengan badan yang mengembang. Kami sumbangkan pakaian itu ke pusat penampungan pakaian bekas. Jangan sampai pakaian yang sudah lusuh yang diberikan, apalagi yang sudah koyak.

Tentang Berbagi. Sumber: Selebriti Club.

Dulu, saat masih kecil, Bapak persis mengajari demikian. Kami sekeluarga bukan orang kaya. Namun, di sekitar kami masih ada orang yang kekurangan. Baju-baju di lemari itu juga menumpuk. Karena aku anak terakhir, tidak ada adik yang bisa kuwarisi. Jadilah tetanggaku yang selisih beberapa tahun dariku kerap menerima lungsuran pakaian yang sudah tidak muat lagi itu. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline