Lihat ke Halaman Asli

Pringadi Abdi Surya

TERVERIFIKASI

Pejalan kreatif

Puisi: Menunggu Sepeda

Diperbarui: 13 Agustus 2020   07:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Temanku akan mengirimkan sepeda
Pada saat musim sepeda berakhir
Tak seru bukan, melihat jalan-jalan
Penuh orang bersepeda. Tidak bisa
Kebut-kebutan, malah saling menyindir

Itu sepedamu bagus sekali, buatan
Mana. Sepedaku baru kupesan dari Eropa
Sama seperti yang diselendupkan
Direktur Garuda - Eh, apa kabar kasusnya?

Tentu saja aku malu bilang sepedaku
Buatan China. Preorder 1,5 bulan
Supaya lebih murah. Meski apa beda
Kualitasnya tak perlu diragukan.

Mungkin dia belum pernah dengar
Semua yang pernah dibuat Tuhan
Bisa juga dibuat oleh China

Maksudku, apakah Tuhan masih bekerja
Membuat sesuatu yang baru lagi?

Aku menunggu sepeda itu dan cuma
Bisa membayangkan jalan-jalan sudah sepi
Kukayuh sekuat tenaga, ketika tanjakan
Dan hidup memang demikian
Kadang-kadang mau menyerah sih
Ini lutut sudah terasa tiada berisi

Setiap pagi atau setiap sore, tergantung
Apakah aku akan bangun, kesiangan,
Atau tidak bangun sama sekali
Siapa yang tahu kan, usia seperti daun di ujung
Ranting. Seseorang menjadi angin, meggugurkan
Apa yang memang sudah pasti

Di saat itulah, menunggu ternyata bisa bahagia

(2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline