Malam kemarin, selepas Isya, satpam perumahan datang menagih uang keamanan. Di sela itu ia bercerita, di jalan masuk ke perumahan, selepas Subuh, ada percobaan pembegalan. Beruntung sang korban berhasil lolos.
Ndilalah, berselang pada malam itu, sebelum sempat diambil langkah antisipasi, terjadi lagi upaya yang sama oleh 4 orang begal. Sang korban sempat melawan dan berhasil meloloskan diri dengan membawa luka akibat kena celurit di tubuhnya.
Tiga tahun lebih sudah saya tinggal di sini, sering pulang malam, bahkan pernah tengah malam, melewati jalan yang sama. Namun belum pernah ada pembegalan.
Baru kali ini terjadi. Sesuatu yang salah tengah berlangsung. Masalah ekonomi tampaknya begitu nyata dan membuat banyak orang di luar sana nekat melakukan aksi kejahatan untuk memenuhi hajat hidupnya.
Ramadan kali ini berbeda. Selain krisis kesehatan, kita juga tengah menghadapi krisis sosial ekonomi yang nyata!
Saya harus lebih banyak bersyukur. Sebab, keputusan saya 10 tahun lalu untuk teguh menjadi PNS benar. Secara penghasilan, saya tidak terdampak krisis. Kecuali jika, pada satu titik Pemerintah tidak mampu lagi memenuhi hanya belanja rutinnya saja sehingga salah satunya memaksa berhemat dengan cara melakukan potongan penghasilan pegawainya.
Meski mungkin itu terjadi, aku tetap bersyukur, sebab ya penghasilan itu masih ada secara rutin. Dengan work from home toh, aku tak perlu mengeluarkan biaya untuk bensin, parkir motor, kereta, dan makan, plus capek bergelantungan di kereta dan waktu yang terbuang percuma.
Selain itu, buatku Ramadhan selalu sama. Selalu indah. Satu-satunya kedukaan adalah kenyataan bahwa kami tidak bisa mudik tahun ini. Ada juga rasa jenuh di rumah saja namun hal itu tertutupi dengan rasa syukur yang ada.
Bukan kesulitan justru, melainkan tantangann memerankan peran ayah seutuhnya. Pasalnya aku punya anak balita. Yang sedang cerewet dan lincah.
Tadi pagi, pukul 6 kira-kira, ia minta ditemani jalan pagi. Kami jalan kaki berdua. Sudah cukup jauh, dia minta gendong pulangnya. Sampai di rumah, dia minta bacain buku. Tiga buku cerita baru mau sudah dibacainnya. Setelah itu, minta main petak umpet. Kami pun bermain tiga ronde sebelum lanjut ke permainan yang lain.