Perlahan-lahan aku sadar pipimu begitu subur.
Aku ingin menanam hatiku di sana, dan tumbuh
pohon apel setinggi permohonan Jack melipur
air mataku yang mendadak mendidih. Oh, tubuh
bagaimana aku kuat menahan perasaan selaiknya
Sisyphus yang memanggul batu dan jatuh berulang.
Cinta ini seperti beberapa menu yang kau pinta
satu per satu, dari dadaku, muncul dengan gamblang.
Perlahan-lahan, aku tahu pertemuan ini tak akan
jadi yang pertama. Sebab burung-burung merpati
kali ini berjanji, akan mengantarkan kerinduan.
Dinda, dadaku mungkin terbuat dari botol bekas.
Dadaku pun mudah melepuh karena panas. Hanya
di pipimu yang subur itu, cinta terlanjur bertunas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H