Lihat ke Halaman Asli

Pringadi Abdi Surya

TERVERIFIKASI

Pejalan kreatif

Puisi | Sonet Memoir

Diperbarui: 6 Maret 2020   16:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

catatanpringadi.com

Perlahan-lahan aku sadar pipimu begitu subur.
Aku ingin menanam hatiku di sana, dan tumbuh
pohon apel setinggi permohonan Jack melipur
air mataku yang mendadak mendidih. Oh, tubuh

bagaimana aku kuat menahan perasaan selaiknya
Sisyphus yang memanggul batu dan jatuh berulang.
Cinta ini seperti beberapa menu yang kau pinta
satu per satu, dari dadaku, muncul dengan gamblang.

Perlahan-lahan, aku tahu pertemuan ini tak akan
jadi yang pertama. Sebab burung-burung merpati
kali ini berjanji, akan mengantarkan kerinduan.

Dinda, dadaku mungkin terbuat dari botol bekas.
Dadaku pun mudah melepuh karena panas. Hanya
di pipimu yang subur itu, cinta terlanjur bertunas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline