"Umi, sudah jam 4!"
Meski sudah berusaha merencanakan bangun jam 3, memasang alarm berlapis dan sebagainya, kadang-kadang ada kalanya, mata tetap ingin terpejam. Seperti pagi tadi. Aku baru bangun pukul 4 dan kubangunkan istriku. Terpaksa sahur dengan menu darurat. Apalagi kalau bukan telor ceplok.
Meski hanya "telor ceplok", tak bisa ditampik bahwa telor mengandung protein. Aku mewajibkan menu protein itu ada setiap kali makan. Terutama makan sahur. Selain karbohidrat, menu sahur harus mengandung protein dan sayuran.
Percaya atau nggak, telor itu menekan hormon nafsu makan (ghrelin) sekaligus membuat hormon membuat kenyang (PPY) jadi lebih tinggi. Jadi, makan telor lebih sulit lapar lagi.
Namun, kalau bangun lebih dini, aku tetap suka makan pakai ikan atau ayam. Meski banyak dokter melarang makan pedas, buatku sih, tetap nikmat kalau makan menggunakan sambal.
Berikut menu favoriku, ikan disuir, ditambah tahu dan sambal. Tahu favoritku adalah tahu Bandung. Tahu ini tidak perlu diberi garam lagi. Tinggal digoreng sebentar saja. Enak. Ikannya boleh ikan laut atau ikan tawar, meski kalau ikan tawar kurang pas sih disuir.
Lalu bagaimana dengan sayurnya? Biasanya sih saya cukup minta direbus saja, bisa buncis, wortel, atau brokoli. Atau bisa juga masak sayur bayam atau kangkung.
Nah, buatku penting banget merebus brokoli dengan mempertahankan kehijauannya. Mungkin sepele, tapi penting buat kita untuk menggunakan air yang banyak dan rebus hingga mendidih. Setelah itu beri garam secukupnya, sekitar satu sendok teh. Ini penting dilakukan untuk menjaga agar klorofil tidak berubah warna.
Kemudian, jangan menutup panci. Kenapa? Ternyata ketika sayuran hijau seperti brokoli dimasak, klorofil akan memproduksi gas karbondioksida.