Negara tidak selamanya jadi pemersatu.
Begitulah hal yang muncul di benakku beberapa tahun lalu. Pilihan hidup membuatku bertugas di Sumbawa, sedangkan istri dan anakku yang masih balita berada di Bandung. Hampir selama 1,5 tahun kami menjalani "kekeluargaan jarak jauh" dan paling cepat kami bertemu satu bulan sekali. Normalnya dua bulan sekali.
Biasanya, Jumat siang aku berangkat dari Sumbawa ke Lombok, disambung dengan pesawat dari Lombok ke Bandung (transit di Bali). Sampai pasti tengah malam sekali. Sampai di rumah, anakku barang tentu sudah tertidur. Ketika terbangun, melihat abi-nya, ia akan segera memelukku, lalu berkata, "Abi, kapan kita beli es krim?"
Ya, anakku suka sekali makan es krim. Bahkan ketika aku pindah dari Sumbawa untuk menempuh tugas belajar di Bintaro, setiap kepulangan pada akhir pekan, ia akan menuntutku untuk membelikan es krim. Biasanya, kami makan Roti Oppa---sebuah warung es krim kekinian di Bandung beberapa tahun lalu. Tapi, lebih sering lagi, beli es krim di warung dekat rumah. Favoritku dan anakku, Campina, dalam bentuk cup.
Momen membelikan dan makan es krim bersama adalah momen puitik bagiku, sehingga aku pernah membuatkannya sebuah puisi tentang itu:
Membelikan Es Krim
aku akan membelikannya es krim setiap aku pulang ke rumah
aku tak ingin ia menyadari ada leleh yang lain
setiap kulihat dirinya, kerinduan mengamuk bagai banteng
ingin menyeruduk setiap benda yang berwarna merah