Lihat ke Halaman Asli

Pringadi Abdi Surya

TERVERIFIKASI

Pejalan kreatif

Mengenal Tokoh Independen di Pilkada Banyuasin

Diperbarui: 30 Januari 2018   18:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber; Sumsel Satu.

Dua belas calon independen siap bertarung di pilkada serentak di seluruh Sumatra Selatan. Hanya 3 daerah yang tidak memiliki calon independen yakni Prabumulih, OKI, dan Provinsi Sumatra Selatan. Semarak tokoh independen di Kabupaten/Kota lain inilah yang membuat demokrasi di Sumsel menarik. Salah satu kabupaten yang memunculkan tokoh independen itu adalah Kabupaten Banyuasin.

Ada Buya di Banyuasin

Sumber: Timesindonesia.co.id

Banyuasin memunculkan 5 pasang calon bupati. Salah satunya maju dari jalur independen. Bila ditilik namanya, ada "Buya" tersemat di sana.

Bila menyebut Buya, ingatan kita akan tertuju pada Buya HAMKA, Buya Syafii Maarif, atau Buya Yahya. Kata "Buya" ini sebenarnya berasal dari "abuya" berarti ayah. Namun, kata ini mengalami pengkhususan makna. Seseorang yang dipanggil "Buya" berarti memiliki penghormatan khusus dari banyak orang. Salah satu yang dianggap khusus adalah pengetahuan agamanya.

Begitu juga Buya Husni Thamrin Madani yang telah mendirikan Pondok Pesantren terbesar di Banyuasin, Ponpes Qodratullah. Ponpes ini telah menghasilkan lebih dari 20 angkatan lulusan Madrasah Aliyah.

Ponpes Qodratullah Banyuasin. Sumber: NU.id

Salah satu kebijakan Buya di Ponpes yang patut direnungkan adalah tentang kebijakan tanpa seleksi  bagi anak yang ingin mondok. Buya berpendapat seorang anak yang  sudah berkeinginan untuk menjadi santri mestinya harus didukung penuh.  Tak soal apabila belum bisa baca dan tulis Al Qur'an. Ponpeslah yang harus menyediakan  pengajaran secara khusus, agar kemudian bisa membaca dan menulis Al  Qur'an. Begitu juga dengan anak-anak yang dianggap nakal. Kalau tidak ada sekolah yang mau mendidik anak nakal, bagaimana mereka bisa berubah jadi baik? 

Selain tokoh agama, Buya Husni Thamrin juga dianggap sebagai salah satu tokoh pendiri Banyuasin. Buya mendapatkan penghargaan sebagai  Tokoh Pendiri Pemekaran Kab. Banyuasin pada acara Pelantikan Pengurus  Ikatan Keluarga Banyuasin (IKBA) kota Palembang pada Agustus 2017 lalu. Buya bersama 4 tokoh pendiri-pemekaran  Kabupaten Banyuasin yang lain mendapatkan penghargaan tersebut, yaitu  Drs. H. Anwar Malik, Drs. H. Noer Muhammad, KH. Kaharuddin Aziz, dan Dr.  KH. Burlian Abdullah. Sebagaimana diketahui, Banyuasin adalah hasil dari pemekaran kabupaten Musi Banyuasin pada tahun 1999.

Menggandeng Supartijo

Supartijo (kanan). Sumber: beritasebelas


Keputusan maju lewat jalur independen itu pun digenapi Buya dengan menggandeng Supartijo. Setali tiga uang dengan Buya, Ir. H. Supartijo juga adalah pendiri Pondok Pesantren. Ia mendirikan Ponpes Nurul Qolam di Dabuk Rejo, Ogan Ilir. Di Banyuasin, Supartijo mendirikan Yayasan Pendidikan Nurul Ilmi, sebuah sekolah berbasis Islam Terpadu mulai dari jenjang TK hingga SMA/SMK.

Uniknya, pembangunan institusi pendidikan itu tidak terlepas dari latar belakangnya sebagai petani. Tidak banyak yang tahu bahwa Supartijo punya latar belakang birokrasi di Dinas Perkebunan Sumsel, dan sejak pensiun ia fokus menjadi petani. Ia didapuk sebagai ketua kelompok tani dan ia mengumpulkan zakat dari hasil pertanian/perkebunan kelapa sawit dan karet kelompoknya untuk dijadikan modal pembangunan sekolah. Para anak petani tersebut diberikan hak untuk bisa masuk ke sekolah yang beliau banggakan sama kualitasnya dengan sekolah-sekolah di Palembang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline