Lihat ke Halaman Asli

Pringadi Abdi Surya

TERVERIFIKASI

Pejalan kreatif

Puisi: Kesedihan

Diperbarui: 16 Mei 2016   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DI Pantai Kencana

aku akan memulai cerita ini dengan kita  
di ruang keluarga, televisi menyala, pembaca berita berkata
pertumbuhan ekonomi indonesia melambat, rakyat
bersedih, pejabat
bersuka cita dan negara dalam angan-angan
memiliki kebebasan berbuat, keadilan
pada titik itu, keadilan tidak menarik
aku menghabiskan dua piring nasi goreng karena
tubuhku yang besar, mandi dengan dua ember air
dan menghabiskan satu sabun dalam seminggu
sementara kau hanya minta setengahnya
keadilan tidak berarti semua orang harus hidup
dan dunia dipenuhi rumah susun, berlantai tiga ratus tiga tujuh
satu keluarga butuh waktu seumur hidup untuk turun tangga; 

keluarga kita yang sederhana
memimpikan taman dengan bunga-bunga
tanaman labu siam yang merambat di pagar
semut pekerja yang menunggu mati 45 hari lagi
semua itu hanya ada dalam cerita
dan aku memelukmu, pelukanmu
yang lama tak kukenakan

kesedihanku bermula, berakhir juga dari dirimu
tak dapat memberikan hal paling berharga
sebagai hadiah ulang tahunmu nanti
membuatku patah, ranting kering di musim kemarau kemarin
aku harus katakan, mencintaimu dengan cara ini
adalah satu-satunya
tak akan ada yang bisa menirunya, dan meletakkan namamu
dalam fiksi-fiksi mereka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline