Lihat ke Halaman Asli

Penenun Hujan

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13375286661598102165

Senja. Segelas susu hangat. Lamunan. Tiga hal yang setia menemaniku akhir-akhir ini. Aku tak tahu sejak kapan senja memiliki pesona tersendiri padaku. Apakah sejak munculnya titik-titik air bagaikan taburan liontin, memberikan nuansa bening bercampur jingga penghias senja. Sebuah komposisi warna yang indah di langit sana. Ataukah karena seorang putra hujan, yang selalu mengingatku hanya disaat hujan turun, mengusikku dan membawaku kedalam lamunan dengan segelas susu hangat. Yah! Karena tiap mengingatnya hanya membuat hati terasa hangat, seperti tubuh terasa hangat setelah meminum segelas susu. Ah... Tapi mengapa senja ini hanya ada nuansa jingga, kemana beningnya taburan liontin air? Sepertinya sekarang aku harus mulai berpikir untuk menjadi seorang penemu, penemu mesin penenun hujan. Karena hanya itulah satu-satunya cara supaya putra hujan mengingatku kembali. *18 Mei telah terlewati, mencoba untuk kembali menulis fiksi*




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline