Lihat ke Halaman Asli

[Dialog Imajiner] Penulis dan Tuhan

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aku sebel Tuhan....

Sesungguhnya sebelum kalimat itu terlontar dari mulutmu, AKU sudah mendengarnya lewat berisik gelisah hatimu.

Ah... Aku jadi malu Tuhan untuk berkeluh-kesah seperti ini... Waktu MU terlalu berharga untuk mendengarkan nada sumbang hati ini.

Tidak apa-apa putri KU. Katakanlah apa yang menjadi kegelisahanmu, jangan biarkan itu mengendap menjadi sampah di dalam hati.

Aku sebel Tuhan.... Tuhan tahu kan, aku paling susah merangkai kata menjadi sebuah puisi yang bermakna. Itulah sebabnya aku bangun pagi-pagi sekali, berusaha untuk mencari inspirasi, menemukan kata-kata yang berserakan di udara, menyusunnya satu demi satu, memberikan nafas ke dalamnya. Akhirnya puisi sederhana tapi susah buatku, itu pun selesai Tuhan.

Terus? Apa yang kamu sedihkan putri KU? Bukankah puisi itu akhirnya selesai?

Aku sebel Tuhan.... Puisi yang sudah selesai itu, sesuai dengan permintaan dikumandangkan di bait MU hari ini, memperingati hari Pahlawan di bait MU. Tepuk tangan membahana hari ini. Ucapan selamat bertubi-tubi datang dari jemaat yang datang beribadah, diberikan pada mereka yang meminta puisi itu kepadaku Tuhan. Dan Tuhan tahu? Mereka dengan gembira menerima ucapan selamat itu, dan melupakan aku yang telah membuat puisi itu. Hahahaha..... Langsung sesak hatiku Tuhan. Kenapa aku dilupakan?

Ah... Putri KU....

Aku sebel Tuhan..... Itu sama saja seperti seorang penulis yang seenaknya menyalin hasil karya orang lain, diakui sebagai karyanya, bahkan bisa dengan senangnya membalas tanggapan atas puisi hasil salinan seperti itu.

Putri KU, tidak cukupkah bagimu kalau AKU tahu? Tidak cukupkah bagimu kalau AKU bangga dengan puisimu yang menguatkan jemaat yang datang hari ini?

Ah.... Penghargaan MU tentu saja lebih dari cukup bagiku Tuhan. Tapi mengapa aku tetap merasa sebel Tuhan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline