Lihat ke Halaman Asli

Malaikat Tanpa Sayap #2

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pukul 03.00 dini hari..... Kesunyian jalan Bedahulu Bali terusik dengan suara panggangan ayam yang disiapkan, diisi dengan arang, dan ayam-ayam yang telah dibeli sebelumnya mulai dibersihkan dengan pisau, mulai dibumbui dan disiapkan untuk dibakar di panggangan ayam. Bali salah satu kota di Indonesia yang terkenal dengan banyaknya acara keagamaan, khususnya pada hari ini hari raya Galungan, yang membuat wanita cantik satu ini bertambah kesibukannya, menyiapkan 150 ekor ayam bakar utuh dengan ati dan empela untuk dijual. Pembelinya adalah umat Hindu di Bali untuk dipakai sebagai sembahyang di hari Galungan. Elysse Saraswati Wijaya, itulah nama wanita cantik usia 37 tahun ini, lahir dari pasangan campuran etnis, Tionghoa dan Bali, membuat wajah Els demikian biasa orang memanggilnya memiliki wajah yang unik, perpaduan antara Tionghoa dan Bali membuat kulit Els putih tapi mata lebar tidak sipit, cantik itulah yang dilihat dari orang ketika melihatnya. Els seperti ibu-ibu muda pada umumnya memiliki jadwal yang lumayan padat, di hari-hari biasa bila tidak ada hari khusus seperti Galungan, maka ayam yang dibakar tidaklah sebanyak itu, sehingga Els masih bisa mengantar anaknya Abel yang berumur 10 tahun ke sekolah tiap pagi. Sepulang dari mengantar anaknya, Els langsung mengambil ayam yang sudah dibakar dan meluncur menuju depot AYAM BAKAR miliknya di Jl. Gatot Subroto no 1, Bali. Tinggallah dia disana sampai sore. Sampai tiba waktunya untuk mulai menjemput Abel pulang dari sekolah. Kerja... Kerja... Itulah yang selalu ada di benak Els... bagaimana cara untuk menghasilkan uang yang banyak untuk menghidupi keluarganya. Single parent adalah merupakan pilihan hidup yang dilakoninya selama ini. Semenjak ditinggalkan oleh suaminya yang terpikat dengan sekretaris barunya di kantor, Els berjanji pada dirinya sendiri tidak akan membiarkan mantan suaminya memiliki akses pada anaknya lagi, di mata Els suaminya sudah lenyap, sekarang di dunia ini hanya ada Els dan anaknya Abel. Bagi Els, Abel adalah segalanya, hanya Abel saja yang membuatnya rela bangun pagi untuk mulai bekerja. Bukan hanya itu saja, Els juga berusaha untuk melakukan pekerjaan lain selain depot, dia mulai melirik untuk belajar make-up dan styling rambut, sesuatu yang sebenarnya lucu untuk dilakukan karena Els ini termasuk orang yang geli ketika memegang rambut orang lain. Tapi dia buang jauh-jauh rasa gelinya, demi belajar sesuatu yang baru, yang bisa menghasilkan lebih banyak uang lagi. Singkat cerita Els akhirnya lulus dari kursus salon tersebut dan membuka salon barunya EL Salon, itulah namanya. Salon yang kecil ini mulai memiliki banyak pelanggan karena kepiawaian Els menata rambut dan make up, dengan hanya dijaga oleh satu pegawai dan Els sendiri, mulailah salon ini menjadi salah satu sumber penghasilan baru Els selain depot AYAM BAKAR nya. Semua berjalan dengan baik. Namun benar kata orang, jalan hidup tidak mungkin bisa berjalan dengan baik terus. Tak terkecuali jalan hidup Els yang sudah berliku, ternyata masih ada liku-liku baru yang tak pernah terbayangkan sebelumnya dalam hidupnya. Hari yang naas itu, hari minggu...... *Baca juga cerita sebelumnya* Malaikat Tanpa Sayap #1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline