Lihat ke Halaman Asli

Kisah Putri Terbuang

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Siapakah aku ? Sebutkan sebuah benda yang merupakan representasi dirimu sebagai individu ! Andaikan dirimu seekor binatang, binatang apakah yang akan kau pilih sebagai simbol dirimu? Pertanyaan-pertanyaan diatas ini sering dilontarkan dengan berbagai macam versi, tapi sebenarnya semuanya mengacu pada inti yang sama, ingin lebih mengetahui siapakah dirimu sebenarnya. Saat insomnia kembali bergaul akrab dengan diriku, aku mencoba untuk berpikir tentang siapakah diriku ini? Well,  yang jelas aku hanya seorang sahabat dari insomnia tapi bukan seorang yang amnesia, aku ingat dengan jelas kalau aku dilahirkan dengan nama Ayu Purnamasari, nama yang disertai harapan supaya aku memiliki wajah ayu nan rupawan laksana bulan purnama di malam hari. Harapan yang berakhir dengan kekecewaan mendalam ketika melihat bahwa fisikku tidaklah rupawan seperti yang orangtuaku inginkan. Aku terlahir dengan kulit hitam, badan mungil, mata sipit. Kontras sekali bila dibandingkan dengan saudara-saudaraku yang lain, mereka terlahir dengan kulit putih, tinggi langsing, mata besar. Aku berbeda dari mereka semua !! Kenapa Tuhan, kenapa? Ternyata pertanyaan ini bukan hanya aku saja yang bertanya-tanya dalam hati, orangtuaku sering bertengkar tentang hal ini. Mereka saling menyalahkan mengapa aku bisa terlahir seperti ini. Mulai dari kebiasaan minum kopi mamaku pada saat mengandung diriku, sampai dengan kebiasaan merokok papaku di ruangan kamar, semua dikaitkan dengan perawakan fisik diriku. Apakah itu semua ada hubungannya dengan perawakanku, akupun tidak mengerti. Yang aku tahu manusia memang lebih mudah menyalahkan sesuatu diluar dirinya, lebih suka mencari penyebab kesalahan berasal dari luar dirinya, lebih suka cari kambing hitam daripada instropeksi diri! Ketika tidak ada yang mampu menemukan jawabannya, mulailah mereka menyalahkan seseorang yang pasti tidak akan bisa menolak untuk disalahkan, mereka menyalahkan setan atas diriku, karena godaan setan-lah yang mengakibatkan papaku selingkuh dari mamaku sehingga mamaku sedih waktu mengandung, sehingga terlahirlah diriku yang jelek ini. Hahaha... kasihan sekali kau setan, selalu jadi kambing hitam atas semuanya..... Sejak saat itu mulailah siksaan demi siksaan menggores hatiku, sampai kadang aku tidak bisa melihat lagi bentuk hatiku seperti apa. Aku yang berbeda ini mulai benar-benar dibedakan dari saudaraku yang lain. Aku tidak boleh makan satu meja dengan mereka, aku tidak tahu mengapa, apakah mereka akan tersedak dan ingin muntah kalau makan bersama dengan diriku? Aku hanya boleh makan kalau mereka semua sudah selesai makan. Tak perduli betapa laparnya diriku sepulang dari sekolah, aku hanya bisa menahan lapar sambil memegangi perutku yang terus protes karena belum diisi dengan makanan. Saat ada acara keluarga aku paling sering disembunyikan, aku sering dibilang keluar ke rumah teman untuk bermain ketika ada saudara yang menanyakan, padahal teman mainku adalah sebuah boneka teddy bear usang yang ada di gudang rumahku yang menjadi tempatku untuk disembunyikan dari pandangan orang lain. Saat-saat berada di gudang ini membuatku sering bermain sebagai seorang putri yang cantik, dengan selimut usang aku bentuk menjadi sebuah rok yang panjang dan mekar seperti yang biasa dipakai putri-putri kerajaan, teddy bear menjadi pengawalku yang menemaniku berceloteh dengan riangnya tentang datangnya seorang pangeran yang akan menjemputku ke istananya. Ah... Khayalan masa kecilku yang akhirnya menjadi kenyataan pada saat aku beranjak dewasa.... Aku benar-benar menjadi layaknya seorang putri yang terkenal di kalangan teman-temanku di sekolah. Temanku banyak sekali. Karena aku selalu menjadi seorang ibu peri bagi mereka. Aku selalu ada untuk mendukung temanku, menghibur mereka yang sedang susah, membantu mereka yang kesusahan membayar uang sekolah dengan memberikan uang sakuku yang berlimpah. Ya, masih ada secuil kebaikan dari keluargaku, meski di rumah aku tidak dianggap seperti seorang anak, tapi kelimpahan materi tetap aku dapatkan dari mereka. Itulah yang aku gunakan untuk membeli perhatian dan kasih sayang dari teman-temanku. Kasih sayang dan perhatian yang tidak pernah aku dapatkan dari keluargaku. Yess !! Akhirnya aku menjelma menjadi seorang putri, aku bisa merasakan ada mahkota diatas kepalaku!! Tapi entah mengapa aku tetap tidak puas, aku juga ingin menjadi seorang putri di keluargaku. Aku ingin sekali bisa kelihatan di keluargaku, bisa setara dengan saudaraku. Sebenarnya aku bisa melakukan bedah plastik supaya aku cantik dan putih dengan kemajuan teknologi yang ada sekarang, yang penting ada uang semua bisa terwujud. Tapi aku tidak mau..... !! Aku tidak mau mengingkari diriku sendiri dengan menciptakan seseorang yang bukan diriku hanya untuk diterima oleh keluargaku!! Apa bedanya aku dengan mereka kalau seperti itu. Aku juga tidak mau berubah menjadi terlalu putih seperti Michael Jackson, saat dia meninggal yang menjadi pertanyaanku cuman satu, masihkah dia dikenali di surga sana dengan muka yang sudah berubah 100 persen itu? Aku tidak mau saat kematianku nanti penjaga pintu surga pangling ( baca : tidak mengenali ) denganku karena aku sudah melakukan bedah plastik. Aku tidak mau berubah menjadi orang lain !! Meski itu untuk mendapat pengakuan dari keluargaku. Biarlah aku tetap menjadi putri yang terbuang di keluarga, tapi menjadi putri kesayangan Allah, karena aku tetap menghargai diriku yang telah diciptakan olehNya serupa dengan gambar dan rupa Allah. Siapakah aku, sampai berani merubah karya Allah dalam diriku? *postingan ini terinspirasi dari cerita seorang teman yang terlahir berbeda dari saudara-saudaranya, jangan mau merubah diri hanya untuk menyenangkan orang lain ya, pasti ada rencana dan karya Allah yang luar biasa dalam diri kita, sabar dan tetap bertahan, segala sesuatu itu indah kok pada akhirnya, percaya dan kamu akan menerimanya, amin*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline