KEBERADAAN PENDIDIKAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Arus globalisasi pada revolusi industri 4.0 semakin membawa perubahan yang pesat di dunia pendidikan. Kemajuan teknologi merupakan salah satu bukti perubahan besar yang telah terjadi sekarang. Kemajuan teknologi tersebut meliputi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) atau disebut dengan AI, robotika dan Internet of Things (IoT). Kemajuan teknologi tersebut memberikan tatanan baru pada dunia pendidikan.
Pendidikan yang awalnya hanya berbasis paper based atau yang biasa kita sebut pembelajaran offline menjadi computer based atau pembelajaran online. Perubahan pada pendidikan yang pesat ini memberikan dampak yang baik maupun buruk. Dampak baik dari perkembangan pendidikan ini yaitu memberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas. Sedangkan dampak buruknya yaitu membuat ketergantungan sehingga dapat menghilangkan keterampilan pada diri sendiri, risiko keamanan privasi dan data yang bisa menyebabkan serangan siber dan potensi misinformasi dalam mengartikan pemahaman makna secara mendalam dari suatu pertanyaan maupun pernyataan.
Kemajuan ini dewasanya harus dibarengi dengan penguatan karakter kearifan lokal yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia sebagai salah satu filter dari dampak buruk yang ditimbulkan. Kearifan lokal merupakan local konwledge yang dimiliki oleh suatu bangsa sebagai pandangan hidup dan ilmu pengetahuan dalam strategi kehidupan. Indonesia sebagai negara yang memiliki keanekaragaman secara topografi dan masyarakatnya menjadi tantangan sendiri dalam pengembangan kearifan lokal sebagai basis pendidikan. Berdasarkan beberapa sumber terdapat lebih dari 300 ribu kelompok budaya yang ada di Indonesia. Kearifan yang dimiliki Indonesia menjadi kontribusi penting untuk menunaikan tujuan Negara Indonesia yang sudah dicantumkan dalam alinea ke-4 pembukaan UUD 1945. Dalam pembukaan tersebut dijelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu dari tujuan bangsa yang sudah ditetapkan oleh para founding fathers.
Beberapa penerapan kearifan lokal yang sudah diterapkan di Indonesia terutamanya dalam bidang pendidikan yaitu mengajarkan pada siswa untuk memakai batik pada hari tertentu, mengadakan lomba budaya antarkelas serta pembelajaran seni budaya dan muatan lokal. Pengenalan batik saat di lingkungan sekolah dapat meningkatkan kesadaran siswa terhadap identitas nasional Indonesia. Hal ini merupakan salah satu penguatan karakter nasionalisme dalam pendidikan dan eksistensi batik dalam lingkup sekolah masih relevan. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi juga sudah menegaskan untuk mewajibkan sekolah dalam pemakaian batik pada hari tertentu yang sudah disepakati.
Selain dari pemakaian batik pada hari tertentu, adapun pengimplementasian kearifan lokal pada kurikulum merdeka juga menjadi program dari Kementerian Pendidikan, Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Satuan pendidikan dapat menambahkan muatan lokal yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk menentukan muatan lokal mana yang akan mereka implementasikan. Hal ini mengartikan bahwa sistem otonomi daerah turut andil dalam penyusunan muatan lokal tiap satuan pendidikan. Namun satuan pendidikan ada yang masih ragu dalam pembuatan kurikulum lokal meskipun secara regulasi sudah diberikan ruang.
Dalam kurikulum merdeka ditekankan pada pembelajaran holistik, inlusif dan bermakna. Disamping itu, merdeka belajar dengan implementasi kearifan lokal ditujukan untuk membangun Indonesia dari perspektif kelestarian lingkungan. Studi kasus penerapan kurikulum merdeka yang sudah menerapkan kearifan yaitu pada SMAN 3 Surabaya. Dikutip dari laman SMAN 3 Surabaya, kegiatan outdoor learning P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) yang berlangsung pada tanggal 1-5 Mei 2024 di Yogyakarta. Siswa didik diajak dan diajarkan sejarah batik melalui pengenalan secara aplikatif. Kegiatan seperti ini merupakan salah satu usaha satuan pendidikan dalam menyisipkan nilai-nilai kearifan lokal melalui batik. Dengan kegiatan seperti ini generasi muda dapat menjadi generasi yang cerdas, berbudaya dan bertanggung jawab dalam menghargai warisan budaya. Maka dari itu, eksistensi dari kearifan lokal dalam dunia pendidikan di era 4.0 masih relevan dan dapat untuk dikembangkan lagi sebagai salah satu cara untuk mewujudkan generasi muda yang berbudaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H