Lihat ke Halaman Asli

Lihat hatimu!

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pernahkah kau dengar musikku? Suara yang buat kita bersemangat dikala sang hujan turun dengan lebatnya? Suara yang buat kita damai dikala hati dan logika bertempur dengan rusuhnya?

Pernahkah kau berpikir sesederhana bocah yang tak tau apa itu arti perjuangan? Apa itu arti tersirat hingga tersurat? Canda dan tangisnya juga sesederhana pintanya yang tak pernah habis walau kadang berhadiah marah dari sang bunda...

Mengapa juga kau buang saat bahagia bahkan tawa mu dengan sebuah kertas buram? Toh, itu hanya sebuah buram yang kan jadi panduan bagi teks aslinya? Bukan tak baik airmata yang mengalir di pipimu, namun sudah pantaskah airmata itu dijual dengan senyum palsu?

Ada sukacita diantara beribu debu yang terhembus angin, tapi bukankah sebutir debu tetap debu? Jangan salahkan sang hujan jika tak mau berbagi kesegaran, ia tau kapan ia akan turun, kapan ia akan menangis, kapan ia berubah menjadi air bah...

Mungkin putaran jarum jam tak secepat roda pedati, tapi bukankah tiap mili bahkan meter kan menjadi sebuah langkah? Langkah besar, cukup besar untuk seekor semut yang diremehkan...

Ibarat berdiri di tepi tebing yang tinggi, mungkin kan ku dapati pandangan yang menyejukkan hati, melepaskan angan, namun akan menjadi fatal ketika kau tergelincir walau sebatas tertiup angin segar, jatuh bahkan terpuruk pasti kan jadi hadiah di dasar lembah...

Medan, 7 oktober 2013

Princen Rumahorbo




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline