Lihat ke Halaman Asli

Istri Simpanan

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13108796671841784272

[caption id="attachment_123278" align="alignright" width="200" caption="Illustrasi"][/caption] Sungguh tersiksa menjadi "istri simpanan". Seorang tetangga saya di Komplek Graha Sentosa Sudiang sampai harus berhari-hari tidak keluar dari rumahnya demi menghindari pergunjingan para ibu-ibu di komplek. Istri Simpanan itu baru beberapa minggu dikontrakkan sebuah rumah bernomor 35 di komplek tersebut. Perempuan tersebut masih muda dan berkulit putih. Kalau ditinggal suaminya ke Bone yang berdagang beras, maka perempuan muda itu tinggal sendiri. Terkadang ditemani seorang adik lelakinya atau ibunya. Nampaknya perempuan muda itu berupaya menutupi status dirinya sebagai istri kedua dari para ibu-ibu dari tetangga. Meski rapat-rapat ditutupi, saya akhirnya mendengar selentingan itu pada sebuah acara pindahan rumah. Para ibu-ibu dalam Bahasa Bugis membahas perihal istri simpanan tersebut meski saya tidak terlalu paham Bahasa Bugis. Di komplek Graha Sentosa Sudiang sudah acap kali ditemukan para ibu-ibu yang berstatus istri kedua. Namun keberadaannya tidak se-ekstrim tetangga baru itu yang berstatus "Istri Simpanan". Para istri kedua lainnya bergaul seperti biasa dan tidak mengasingkan diri dari pergaulan sosial antar tetangga. Karena pada dasarnya, dengan status istri kedua atau ketiga semuanya sah menurut agama dan negara apabila dilakukannya dengan benar sesuai prosedur Undang-Undang Perkawinan. Menyandang predikat istri kedua atau ketiga hingga keempat bukanlah perbuatan tercela. Beristri lebih dari satu bukanlah sebuah perbuatan kriminal asal mempertimbangkan aspek keadilan bagi istri-istrinya. Beristri lebih dari satu lebih terhormat ketimbang melakukan perzinaan dengan bergonta-ganti pasangan. Karena itu, bagi yang berstatus Istri Simpanan janganlah menarik diri dari pergaulan sosial Anda karena anda berhak menjalani hidup secara normal sekalipun ada stereotipe negatif dalam interaksi sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline