Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Begini Rasanya Menjadi Minimalis Digital dan Bebas Media Sosial

Diperbarui: 14 Januari 2022   01:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Upaya untuk keluar dari platform media sosial dan mencabutnya dari ponsel kita rasanya seperti berhenti dari kecanduan narkoba (Sumber: Tyler Lastovich/unsplash.com)

Kehilangan Penawaran Kerja karena Menjadi Minimalis Digital

Sudah lebih dari 6 bulan saya menganut gaya hidup minimalis digital. Menjadi minimalis digital bukan berarti saya meninggalkan dunia digital sepenuhnya, atau bahkan anti media sosial. Namun, lebih pada mengurangi secara drastis jatah waktu yang saya habiskan untuk bermain-main di dunia maya.

Selama lebih dari 6 bulan tersebut, praktis saya tidak pernah menengok akun-akun media sosial. Saya juga mencopoti semua aplikasi media sosial yang ada di ponsel, hanya menyisakan aplikasi perpesanan WhatsApp.

Gaya hidup minimalis digital ini saya pilih karena saya ingin merasakan pengalaman hidup yang lebih baik. Saya benar-benar peduli dengan kesehatan (baik fisik maupun mental), karena jika saya dapat dengan mudah menghabiskan 6 jam di tempat melihat layar ponsel tanpa melakukan sesuatu yang produktif, maka itu adalah tanda bahaya besar.

Memang tidak mudah menjadi minimalis digital. Saya dapat mengatakan dari pengalaman bahwa upaya untuk keluar dari platform media sosial favorit dan mencabutnya dari ponsel kita dapat terbukti menantang oleh tuntutan keluarga, teman, dan pekerjaan.

Contoh paling nyata adalah terkait pekerjaan saya sebagai penulis konten. Ada beberapa penawaran penulisan konten yang saya tolak karena klien menghendaki distribusi konten di media sosial. Tentu, hal ini berlawanan dengan niat saya yang ingin puasa media sosial.

Meski terpaksa harus melepas banyak penawaran, saya tidak merasa kehilangan sumber pendapatan. Dari awal saya percaya bahwa rezeki tidak akan lari jika sudah ditetapkan oleh-Nya. Pekerjaan boleh di-copy, tapi rezeki tidak bisa di-paste. 

Seperti Berhenti dari Kecanduan Narkoba

Selain terbentur oleh tuntutan pekerjaan, menjadi minimalis digital tidak mudah karena rasanya seperti berhenti dari kecanduan narkoba. Tidak diragukan lagi, ponsel cerdas adalah penemuan terbesar di abad ke-21 yang perlahan-lahan mengubah masyarakat secara besar-besaran. 

Berbeda dengan teknologi seperti mobil yang merupakan objek yang kita gunakan hanya sesekali, smartphone adalah teknologi yang benar-benar kita gunakan setiap hari dan terkadang selama berjam-jam. 

Tidak berlebihan jika ponsel cerdas diklasifikasikan sebagai candu di suatu tempat di masa depan karena bagi generasi baru yang tidak tahu apa hidup tanpa teknologi ini, mereka dapat dengan mudah kecanduan sejak usia muda.

Ini tidak mengherankan karena umpan media sosial menghasilkan pelepasan dopamin di otak kita yang membuat kita bahagia. Dan itulah sebabnya berhenti terburu-buru ini terasa seperti berhenti dari narkoba. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline