Berkata yang Baik atau Diam
Pada suatu kali, seorang perempuan mendatangi Aisyah r.a hendak menanyakan sesuatu. Ketika perempuan itu pulang, Aisyah berkata, "Alangkah pendeknya perempuan itu."
Nabi Muhammad Saw yang mendengar perkataan Aisyah segera menegur, "Ya Aisyah, itu adalah ejekan."
Aisyah menjawab, "Aku hanya mengatakan yang benar, ya Rasulullah."
Maka Nabi pun menjawab, "Oleh karena itu, perkataanmu merupakan ejekan. Kalau engkau mengatakan yang tidak benar, maka engkau termasuk orang yang berdusta, yang lebih besar dosanya."
Rasulullah Saw bersabda,
"Barang siapa yang percaya kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam" (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas mengajarkan kita salah satu teladan dari akhlak mulai Rasulullah Saw, yaitu berkata baik atau diam.
Ahli sejarah menuturkan, bahwa Muhammad Saw sejak masih kanak-kanak hingga dewasa dan sampai diangkat menjadi Rasul terkenal sebagai seorang yang jujur, berbudi luhur dan memiliki akhlak yang sempurna. Tidak ada suatu perkataan maupun perbuatan tercela yang dapat dituduhkan kepada beliau Saw. Karena demikian jujurnya dalam perkataan dan perbuatan, sejak usia 20 tahun beliau diberi julukan Al-Amin, artinya orang yang dapat dipercaya.
Dalam hal perkataan, Rasulullah Saw dikenal sangat berhati-hati terhadap lidahnya dan memperingatkan dengan keras kepada sahabat-sahabatnya untuk menjaga lidah, sebab orang bisa tersungkur ke neraka karena lidahnya.
Ibnu Mas'ud berkata, "Aku mendengar Rasulullah bersabda, 'Bahwa kebanyakan dosa anak Adam itu pada lidahnya' (HR Thabrani dan Baihaqi).