Bapak kok Bisa Jadi Guru TK?
Bahkan, istri, anak dan saudara-saudara saya sampai sekarang masih belum percaya kalau saya sekarang menjadi guru Taman Kanak-kanak!
"Kok bisa sih Mas Himam jadi guru TK?" tanya adik saya.
"Embuh lah Yan. Buktinya sekarang setiap pagi Mas Himam mengajar di TK, hehehe," jawab istri saya.
Ya, sejak awal tahun ajaran baru 2021-2022, saya resmi dipinang menjadi guru di Taman Kanak-kanak di komplek rumahku. Saya diminta membantu mengajar materi pelajaran agama Islam dan mengaji.
Sebelumnya, materi agama Islam dan mengaji di TK tersebut diajarkan oleh satu guru, yang usianya pun sudah cukup lanjut dan akan memasuki masa pensiun. Seiring bertambahnya murid baru, Bu Heny, guru agama Islam di TK merasa kewalahan.
Pengurus sekolah akhirnya meminta persetujuan yayasan untuk menambah guru baru guna menutupi kekurangan tenaga pengajar khusus agama dan mengaji. Setelah melalui beberapa pertimbangan, pengurus sekolah lalu melamar saya untuk menjadi guru TK.
Ini memang di luar kebiasaan. Kebanyakan guru Taman Kanak-kanak adalah kaum perempuan, yang punya jiwa keibuan. Lha, saya kan berjiwa kebapakan?
"Justru itu," kata Bu Ning, kepala Taman Kanak-kanak menjawab pertanyaan saya. "Kami memang sengaja melamar Pak Himam biar seimbang. Anak-anak akan mendapat bimbingan dari guru-guru perempuan sebagai pengganti ibu, sekaligus mendapat bimbingan dari guru laki-laki sebagai pengganti ayah mereka."
"Kebetulan nama Pak Himam direkomendasikan Bu Heny sendiri, karena sudah berpengalaman mengajar anak-anak mengaji di TPQ," lanjut Bu Ning.
Begitulah. Tanpa gelar akademik Sarjana Pendidikan, saya pun resmi menyandang profesi sebagai guru TK.