Bagi kaum lelaki, menangis diartikan tanda kelemahan. Efek dari racun maskulin ini membuat kaum lelaki mengharamkan dirinya untuk menangis. Padahal, menangis terbukti sangat bermanfaat bagi kesehatan mental kita.
Di dalam tubuh manusia, terdapat hormon kortisol yang menyebabkan diri kita merasa stres atau depresi. Setiap kali kita merasa tertekan, khawatir atau cemas, secara otomatis tubuh kita melepaskan kortisol. Efek dari respon biokimia alami ini dapat memperlambat pencernaan, mengurangi fungsi sistem kekebalan, membanjiri sistem peredaran darah dengan glukosa, mempersempit arteri, dan meningkatkan detak jantung.
Menurut HeartySoul, menangis adalah salah satu cara terbaik untuk menyalurkan dan menyaring pikiran dan kejadian yang membuat kita khawatir atau sedih. Memendam emosi kita dengan menahan air mata justru dapat menyebabkan kerusakan psikologis jangka panjang.
Ketika kita menangis, kita melepaskan ketegangan negatif yang menumpuk dari kehidupan kita sehari-hari, memungkinkan kita untuk melepaskan hormon serotonin yang membuat kita terhibur dan merasa nyaman.
Efek dari munculnya hormon serotonin ini akan membawa kadar hormon kortisol yang menyebabkan kita stres kembali ke posisi normal.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. William H. Frey II, seorang ahli biokimia dan direktur Laboratorium Penelitian Psikiatri di Pusat Medis St. Paul-Ramsey, air mata emosional mengandung hormon yang berhubungan dengan stres: prolaktin, hormon adrenokortikotropik, dan leusin enkephalin ( obat penghilang rasa sakit alami).
Air mata emosional yang ditumpahkan sebagai respons terhadap stres dapat membantu tubuh melepaskan zat kimia yang meningkatkan kortisol.
''Menangis adalah proses eksokrin,'' Dr. Frey menjelaskan, ''yaitu, proses di mana suatu zat keluar dari tubuh. Proses eksokrin lainnya, seperti menghembuskan napas, buang air kecil, buang air besar dan berkeringat, melepaskan zat beracun dari tubuh. Ada banyak alasan untuk berpikir menangis melakukan hal yang sama, melepaskan bahan kimia yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap stres.''
''Di masyarakat kita, pria khususnya dilarang menangis. Jika menangis mengurangi efek stres, dengan menekan air mata, kita mungkin malah meningkatkan kerentanan kita terhadap gangguan yang berhubungan dengan stres,'' tambah Dr. Frey
Menangis adalah transformasi penderitaan menjadi sesuatu yang nyata, dan proses itu sendiri mengurangi rasa trauma. Bagian penting dari proses menangis adalah kita mengakui emosi yang kita rasakan dan menghadapinya secara langsung.