Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Dahsyatnya Efek Berganda Lebaran pada Perekonomian Negara

Diperbarui: 21 Mei 2021   07:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di saat ekonomi lesu akibat pandemi, bulan Ramadan dan tradisi mudik lebaran mampu menyelamatkan negeri ini dari resesi ekonomi (Antara Foto/WSJ)

Kalau mau jujur, tak ada momen hari besar keagamaan yang bisa menggerakkan perekonomian Indonesia selain Hari Raya Idul Fitri atau lebaran. Juga tak ada momen hari besar atau hari libur nasional lain yang bisa menggerakkan antusias masyarakat untuk liburan, selain pada saat lebaran.

Lihat saja saat lebaran di masa pandemi yang baru saja berlalu. Sekalipun pemerintah masih memberlakukan pembatasan sosial skala mikro dan melarang masyarakat mudik ke luar kota, tempat-tempat wisata penuh sesak selama libur lebaran. Akibat membludaknya wisatawan lokal ini, pemerintah malah akhirnya meminta aparat dan pengelola untuk menutup tempat wisata.

Lucu sekaligus ironis. Karena pemerintah sendiri yang meminta masyarakat untuk berlibur memenuhi tempat wisata lokal. Mudik tidak boleh, berwisata silahkan, begitu kata pemerintah.

Bandingkan dengan momen hari raya atau hari libur nasional lainnya. Minat masyarakat untuk berlibur rasanya biasa-biasa saja. Bahkan di saat libur Natal yang selalu digandeng dengan libur Tahun baru, khususnya pada masa pandemi, hampir tak ada lonjakan wisatawan lokal.

Di luar antusiasme warga yang ingin berwisata selama lebaran, momen hari raya umat Islam ini juga terbukti mampu menggerakkan roda ekonomi masyarakat, di saat perekonomian negara terguncang akibat pandemi. 

Multiplier Effect Selama Lebaran Menyelamatkan Perekonomian Negara

Buktinya, peredaran uang kartal atau uang tunai selama lebaran tahun ini meningkat 41 % dibandingkan tahun lalu. Pada lebaran 2021, penarikan uang tunai mencapai Rp 154,5 triliun, sedangkan pada lebaran tahun lalu hanya mencapai Rp 109,2 triliun.

Mengutip Katadata, Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono mengatakan, perkembangan tersebut mencerminkan aktivitas berbelanja masyarakat meningkat. Atas dasar inilah pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi  pada kuartal II berpotensi naik hingga 7%. 

"Ini mengonfirmasi bahwa ekonomi pada kuartal II 2021 akan lebih bagus lagi," kata Susiwijono dalam media briefing, Senin (17/5)

Dari sudut penafsiran yang lain, data tersebut  juga menunjukkan masyarakat Indonesia ternyata paling banyak "bersedekah" dalam waktu yang singkat. "Sedekahnya" mencapai Rp 154,5 triliun dalam jangka waktu kurang dari satu bulan!

"Sedekah" senilai Rp 154,5 triliun itu tak lain adalah nilai dari peredaran uang baru untuk kebutuhan puasa dan lebaran, terutama untuk salam tempel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline