Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Setelah Ramadan Jangan Takut Menjadi "Radikal"

Diperbarui: 14 Mei 2021   08:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan jadikan berubahnya suasana setelah Ramadan ikut memengaruhi perubahan perilaku syariat kita (nbcnews.com)

Kalau bersemangat melangkah ke Masjid saat azan berkumandang 5 waktu dianggap "radikal", maka setelah Ramadan jangan takut menjadi "radikal".

Jika meluangkan banyak waktu untuk membaca dan menghafal Al-Quran dianggap "radikal", maka setelah Ramadan jjangan takut menjadi "radikal".

Kalau lidah dan bibir senantiasa mengucap kalimat toyyibah di mana pun berada dianggap "radikal", maka setelah Ramadan jangan takut menjadi "radikal".

Kalau menghabiskan sepertiga malam untuk bermunajat, menangisi dosa dan memohon ampunan kepada-Nya dianggap "radikal", maka setelah Ramadan jangan takut menjadi "radikal".

Kalau menegakkan amar makruf nahi munkar tanpa rasa gentar dianggap "radikal", maka setelah Ramadan jangan takut menjadi radikal.

Kalau berusaha keras melaksanakan sunah Rasulullah Saw dianggap "radikal", maka setelah Ramadan jangan takut menjadi "radikal".

Bulan Ramadan adalah bulan latihan agar kita giat beribadah, tunduk dan sepenuhnya menghambakan diri kepada-Nya. Lewat latihan selama sebulan penuh itu, Ramadan memberikan bukti pada kita bahwa sebenarnya kita bisa melakukan hal yang sama, terbiasa melakukan radikalisasi perilaku yang sesuai dengan syariat Islam. 

Ramadan juga menjadi bukti bahwa hakikatnya hidup kita tak lain adalah untuk tunduk dan taat terhadap perintah-Nya. Pada hari Ramadan terakhir kita masih diharamkan makan dan minum, esoknya saat hari raya kita diwajibkan untuk makan dan minum. Pada hari terakhir Ramadan kita masih diwajibkan berpuasa, esoknya saat hari raya kita diharamkan berpuasa. Semua ini tak lain kita lakukan sebagai bentuk ketaatan kita sebagai hamba-Nya.

Setelah Ramadan berlalu, bukan berarti radikalisasi perilaku kita juga ikut berlalu. Sebaliknya, Allah itu Maha Komitmen. Dia selalu membuka pintu ampunannya, tak hanya di bulan Ramadan saja. Malaikat juga selalu konsisten menyaksikan sholat kita di masjid dan mengamini doa kita. Allah melalui malaikatNya senantiasa mencatat tadarus kita, sedekah kita, setiap amal kebajikan kita, sekalipun Ramadan sudah lewat.

Jangan jadikan berubahnya nuansa dan suasana selepas Ramadan ikut memengaruhi perubahan perilaku syariat kita. Ramadan boleh berlalu, tetapi secara individu , kita masing-masing harus tetap bersemangat. Ramadan sudah memberi inspirasi bagi kita, bahwa sebenarnya kita bisa membiasakan diri untuk hijrah ke hal-hal yang lebih baik hingga sebelas bulan ke depan.

Jangan takut mengatakan perkataan yang benar sesuai Al-Quran dan hadis, meskipun akan terasa aneh di tengah hingar bingarnya bacaan vulgar dan tak bermoral.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline