Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Lebih Baik Tradisi "Sahur on the Road"" Diganti "Sahur on the Masjid"

Diperbarui: 1 Mei 2021   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sepuluh terakhir Ramadan lebih baik sahur on the road diganti sahur on the masjid (foto: goodnewsfromindonesia.id)

Salah satu tradisi yang hilang selama Ramadan di masa pandemi adalah sahur on the road (SOTR). Entah siapa yang pertama kali menciptakan sekaligus memopulerkan istilah ini. Yang jelas, SOTR mulai marak dilakukan anak-anak muda muslim sejak awal 2000-an.

Bagi anak-anak muda itu, SOTR awalnya diniatkan untuk bersedekah. Bukankah waktu sedekah terbaik adalah bulan Ramadan?

Begitulah, dengan niat mulia itu para remaja membagikan makanan sahur bagi warga kelas bawah yang hidup di jalanan, atau kepada pekerja-pekerja malam yang tak sempat menikmati mewahnya makan sahur bersama keluarga di rumah.

Seiring waktu, terjadi pergeseran niat dan aktivitas. Dari yang semula berbagi makan sahur, sekarang cuma jadi ajang kumpul-kumpul anak-anak muda. Bahkan tak jarang menimbulkan gesekan antar kelompok yang berujung pada perkelahian atau tawuran. Ada pula yang dibarengi dengan aksi vandalisme terhadap sarana umum milik pemerintah.

Kalau sudah seperti ini, adakah manfaat atau faedah dari sahur on the road? Sama sekali tidak ada.

Seandainya saya jadi walikota, bupati, camat atau minimal lurah, maka salah satu keputusan penting yang saya buat di bulan Ramadan adalah melarang kegiatan Sahur on the Road (SOTR) di wilayah yang saya pimpin. Apapun dalihnya, bahkan dengan alasan untuk belajar berbagi dengan sesama, tetap saja kegiatan ini bagi saya lebih banyak mudharatnya (keburukannya) daripada manfaatnya.

Sedekah di bulan Ramadan memang baik, tetapi ada banyak cara untuk bersedekah daripada hanya sekedar memberi makan sahur yang hanya habis sekali makan. Bukankah memberi kail dan umpan lebih baik daripada memberi ikan yang matang?

Menyalurkan kelebihan harta yang kita punya pada lembaga sosial atau di masjid-masjid terdekat jauh lebih baik daripada untuk dibelikan makanan sahur. Lagipula, sedekah apabila dibarengi dengan aktivitas yang buruk juga tidak akan membawa berkah.

Bukan berarti setiap acara SOTR mengundang keburukan, tapi cobalah berlaku jujur, adakah acara SOTR yang dilakukan dengan santun sambil tetap memperhatikan dan mempertahankan syariat agama?

Sering kita melihat saat SOTR, muda-mudi berboncengan rapat seolah sudah sah jadi suami istri. Di daerah dan wilayah tertentu, acara SOTR juga kerap berimbas pada gesekan antar kelompok, yang ujungnya adalah perkelahian atau tawuran massal. Belum lagi aksi vandalisme yang dilakukan anak-anak muda tidak bertanggung jawab. Adakah perbuatan-perbuatn semacam ini sesuai dengan ajaran Islam?

Di luar pergeseran niat dan aktivitasnya, tidak semestinya kita membiarkan generasi muda Islam ini membuang waktu sepertiga malam dengan kegiatan hura-hura di jalanan. Dalam keheningan sepertiga malam, alangkah baiknya bila kita beritikaf dan bermunajat kepada-Nya, memohon ampunan dan rahmat-Nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline