Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Benarkah Catatan Amal Disetorkan di Malam Nisfu Sya'ban?

Diperbarui: 27 Maret 2021   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak benar bila catatan amal disetorkan di malam Nisfu Sya'ban (ilustrasi diolah pribadi)

Setiap kali menjelang malam Nisfu Sya'ban, selalu ada broadcast yang berbunyi seperti ini:

Besok sudah masuk malam Nisfu Sya'ban. Sebelum buku catatan amal disetorkan, saya Fulan bin Fulan mohon maaf lahir dan batin.

Atau dengan narasi yang berbeda, tapi pada intinya sama: bahwa pada malam Nisfu Sya'ban catatan amal manusia disetorkan dan mohon maaf atas setiap kesalahan.

Benarkah isi broadcast tersebut? Apakah catatan amal manusia selalu disetorkan setiap malam Nisfu Sya'ban?

Dalam kalender tahun Hijriah, yang dimaksud malam Nisfu Sya'ban adalah malam pertengahan bulan Sya'ban. Adanya broadcast tentang keutamaan malam Nisfu Sya'ban karena saat itu catatan amal manusia disetorkan berawal dari kesalahpahaman umat dalam memaknai hadis berikut:

Dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya kepada Rasulullah Saw, "Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana anda berpuasa di bulan Sya'ban?"

Rasulullah Saw bersabda, "Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rabb semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.'" (HR. An Nasa'i 2357, Ahmad 21753, Ibnu Abi Syaibah 9765 dan dinilai hasan).

Perhatikan redaksi hadis tersebut. Rasulullah tidak menyebut atau menentukan di tanggal berapa atau malam apa catatan amal manusia dilaporkan. Rasulullah Saw hanya mengabarkan bulan Sya'ban adalah bulan yang sering dilalaikan, padahal di bulan ini amal-amal diangkat menuju Rabb semesta alam. Untuk itu, Rasulullah memperbanyak amal ibadah terutama puasa agar ketika amal beliau diangkat, Rasulullah dalam kondisi berpuasa.

Jadi, siapa pun yang beranggapan umat Islam dianjurkan memperbanyak ibadah di malam Nisfu Sya'ban, atau memohon maaf atas setiap kesalahan, dengan dasar bahwa catatan amal dilaporkan di malam Nisfu Syaban, maka dia harus mendatangkan dalil. Tanpa dalil, berarti dia menebak perkara gaib. Dan tentu saja, pendapatnya wajib ditolak.

Konteks dari hadis di atas adalah, hendaknya kita memperbanyak amal ibadah di bulan Syaban, tidak saja karena di bulan ini amal ibadah kita diangkat menuju Allah. Melainkan juga sebagai latihan sebelum datangnya bulan suci Ramadan. Bulan di mana umat Islam diwajibkan berpuasa satu bulan penuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline