Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Kisah Koruptor Menghadapi Vonis dari Hakim Bao Indonesia

Diperbarui: 3 Maret 2021   08:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akan kubuat vonis dari si Hakim Bao itu tidak ada artinya, bagai guratan di atas air yang demikian cepat menghilang (shutterstock)

"Sudah kamu selidiki siapa hakim yang memimpin persidanganku nanti?" tanyaku pada Poltak, pengacara yang kusewa untuk menangani kasus yang membelitku.

"Sudah pak. Berdasarkan informasi yang saya terima, sidang kasus bapak nanti akan dipimpin oleh Hakim Bao."

"Bah! Kamu pikir kita lagi hidup di Cina jaman kerajaan?" kataku marah sambil menggebrak meja. Empat orang sipir yang menjaga selku sempat menoleh, namun langsung memalingkan muka begitu saja seolah sedang tidak mendengar dan melihat apa-apa.

"Tidak, Pak. Saya tidak sedang bercanda. Memang, hakim yang akan memimpin sidang bapak nanti terkenal dengan julukan Hakim Bao Indonesia. Beliau dikenal sangat tegas terhadap koruptor. Maaf, saya tidak menganggap bapak koruptor lho," kata Poltak. Wajahnya menunduk, tidak berani memandangku langsung. Kulihat asisten pribadinya juga menunduk. Tangannya sibuk membolak-balik berkas yang ada di pangkuannya.

"Hakim Artijo maksudmu?" tanyaku mencoba meyakinkan.

"Benar pak."

"Terus, apa yang kamu takuti dari Artijo, hah? Dia juga manusia biasa, bukan dewa."

Poltak tidak menjawab.

"Sudah, sekarang yang penting bagaimana caranya supaya si Hakim Bao itu mau menjatuhkan vonis yang ringan. Berikan apa saja yang dia inginkan. Uang tidak jadi masalah. Kalau perlu, buat dia kaya sampai tujuh turunan!"

Mendengar perintahku, Poltak menghela nafas. Aku tahu apa yang ada di pikirannya. Menyuap Artijo bisa jadi sebuah misi yang mustahil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline