Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Cara Mengajarkan Al Quran Menggunakan Pendekatan Bahasa Ibu

Diperbarui: 2 November 2024   23:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengajarkan Al Quran dengan pendekatan bahasa ibu artinya meneladani sifat-sifat ibu saat mendidik anak-anaknya (dokpri)

Mengajar dengan pendekatan bahasa ibu bisa lebih efektif dibandingkan dengan cara atau pendekatan yang konvensional. Secara harfiah, bahasa ibu berarti bahasa komunikasi yang kita kenal dan kuasai sejak lahir melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat di lingkungan sekitar. Sederhananya, bahasa ibu adalah bahasa yang kita dengar pertama kali lalu kita gunakan sehari-hari.

Secara linguistik, bahasa ibu bisa berbagai macam bentuk pengucapannya. Kalau di Indonesia, bahasa ibu terbagi dua: bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Dikutip dari hasil riset Badan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, terdapat sebanyak 718 bahasa daerah Indonesia.

Sebagai bahasa pertama yang kita kenal, bahasa ibu merupakan bagian dari identitas pribadi, sosial dan budaya kita. Ini karena bahasa ibu kita dapatkan dan pelajari secara intuitif dan simultan saat kita pertama kali berinteraksi sosial dengan orang-orang di sekitar kita.

Proses belajar mengajar Al Quran menggunakan pendekatan bahasa ibu bukan berarti setiap bentuk komunikasinya menggunakan bahasa yang digunakan sehari-hari di lingkungan sekitar. Melainkan proses mengajarkan Al Quran dengan meneladani sifat-sifat ibu dan menggunakan cara-cara yang digunakan ibu saat mengajarkan segala sesuatu pada anak-anaknya. 

Tiga Pendekatan Bahasa Ibu dalam Mengajarkan Al Quran

Saat mengajarkan Al Quran pada anak-anak, guru bisa menggunakan tiga unsur pendekatan bahasa ibu:

1. Metode langsung

Seorang ibu mengajar dan memperkenalkan segala sesuatu pada anaknya secara langsung, tanpa ada penjelasan atau penguraian. Dengan kata lain learning by doing atau belajar dengan melakukannya secara langsung.

Begitu pula dalam mengajarkan Al Quran, anak-anak diperkenalkan huruf-huruf hijaiyah secara langsung tanpa dieja/diurai.

Misalnya, guru membaca "Ba" dan diikuti oleh anak-anak tanpa harus menjelaskan bacaan "Ba" itu asalnya dari huruf "Ba' dengan tanda harokat fatkhah (Ba' fatkhah Ba)". Begitu seterusnya untuk semua huruf hijaiyah dan tanda harokat.

2. Mengulang-ulang (Repetisi)

Dalam mengajarkan bahasa sebagai alat komunikasi, seorang ibu mendikte anaknya dengan mengulang-ulang (repetisi). Hakikatnya, otak kita semakin mudah memahami dan menghafal apabila segala informasi yang ditangkap otak kita diulang terus menerus.

Mengajarkan Al Quran pada anak-anak juga harus seperti itu. Bacaan Al Quran akan semakin terlihat keindahan, kekuatan dan kemudahannya ketika kita mengulang-ulang ayat atau surat dalam Al Quran.

3. Kasih sayang yang tulus

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline