Orang kalau kadar bencinya melebihi batas, tidak ada yang tampak baik di matanya. Begitulah yang saya lihat dari sosok pegiat media sosial, Denny Siregar. Gara-gara cuitannya yang mempersoalkan baju gamis yang dipakai karakter animasi Nussa, Denny Siregar kena batunya.
Menurut Denny, Nussa bisa menjadi jembatan propaganda HTI dan khilafah. Dasarnya, baju yang dipakai Nussa adalah baju model gurun pasir. Padahal, orang Indonesia setahu Denny sejak dulu memakai sarung.
Denny Siregar juga mempermasalahkan keterlibatan Felix Siauw dalam proses produksi film animasi Nussa, hanya gara-gara Felix Siauw memposting kabar film animasi Nussa batal ditayangkan di bioskop.
Cuitan Denny langsung disambar netizen hingga menjadi trending topic di Twitter. Hampir semua netizen mengolok-olok Denny yang begitu sempit pemikirannya, hingga segala baju yang digunakan karakter animasi pun dikhawatirkan bisa menjadi alat radikalisme agama.
Sutradara film Nussa, Angga Dwimas Sasongko juga membalas cuitan Denny. Menurut Angga, pada proses kreatif dan produksi tidak ada keterlibatan pemuka agama. Cerita dan skenario film Nussa digarap Skriptura, divisi IP Development dari Visinema Group. Sementara produksi animasinya dikerjakan oleh The Little Giantz dan distribusi & promosinya oleh Visinema Pictures.
Angga juga heran atas dasar apa Denny Siregar mengaitkan Felix Siauw dengan film Nussa. Dari proses produksi hingga pendanaan film, tidak ada peran Felix Siauw sama sekali. Mungkin karena Felix Siauw berteman dengan beberapa orang yang ikut menggarap film Nussa, dugaan itu kemudian muncul.
Meski begitu, Angga menjamin bahwa tidak ada intervensi apapun dari pihak luar, termasuk dari Felix Siauw. Rumah produksi Visinema sudah 12 tahun membuat film, dan semua film yang dikerjakan secara historis bisa memberikan gambaran visi dan independensi mereka.
Terkait bakal batalnya film Nussa tayang di bioskop sebagaimana yang dikabarkan Felix Siauw, Angga mengatakan film Nussa sejatinya sudah rampung dan siap mengeluarkan trailer perdana. Hanya saja, Angga tak berani ambil resiko untuk menayangkan film sebesar Nussa di tengah pandemi Covid-19
"Karena investornya besar saya enggak berani ambil resiko dengan bioskop baru buka cuma 50 persen kapasitas. Enggak bisa," tegasnya.
Begitu pula dengan opsi menayangkannya di layanan streaming over the top, menurut Angga juga tidak masuk hitungan untuk tempat perilisan film Nussa.