Suatu ketika di pantai Todos Santos, Meksiko, Kevin Systrom berniat mengunggah foto momen liburannya bersama sang pacar di prototipe jejaring sosial mereka, yang semula bernama "Bourbon".
Setelah melihat hasil jepretan Systrom, sang pacar merasa keberatan karena merasa dirinya terlihat jelek, tidak fotogenik. Dia lalu menyarankan untuk menambahkan beberapa filter dan fitur penyuntingan di aplikasi prototipe tersebut.
Kevin Systrom menerima saran tersebut, lalu ditambahkannya beberapa filter dan fitur penyuntingan di aplikasi yang kemudian kita kenal dengan nama "Instagram". Tujuannya apa?
"Kita hanya perlu membuat orang merasa foto mereka layak untuk dibagikan."- Kevin Systrom
Dan, bim salabim abrakadabra, istilah "instagramable" kemudian menjadi populer seiring melesatnya popularitas Instagram itu sendiri. Dengan meningkatkan kualitas foto menggunakan filter dan fitur penyuntingan, Instagram menjadi platform media sosial yang populer sebagai tempat untuk konten berupa foto-foto yang indah saja.
Istilah instagramable ini kemudian mendorong terjadinya revolusi di industri pariwisata. Dulu kita traveling untuk menikmati keindahan suasana, pemandangan yang menakjubkan, atau interaksi sosial dengan masyarakat setempat dan lingkungan sekitar tempat wisata tersebut. Sekarang, kita berlibur untuk memperturutkan sisi liar narsisme dan ego pamer diri di media sosial. Pemandangan dunia yang menakjubkan sekarang hanya menjadi latar belakang untuk diri kita sendiri.
Padahal, kalau untuk sekedar mendapatkan latar belakang foto yang bagus, setiap tempat bisa jadi instagramable. Jika kita bertanya ke Google arti "instagramable", istilah ini secara harfiah diartikan sebagai:
Sesuatu yang menarik secara visual sehingga cocok untuk difoto dan dibagikan di media sosial (khususnya Instagram).
Kalau menuruti definisi tersebut, maka di manapun kita berada, lalu memotretnya dengan baik hingga kita anggap layak untuk dibagikan di media sosial, tempat itu masuk kategori instagramable.
Coba perhatikan kemunculan beberapa tempat wisata baru, seperti Tebing Koja di Tangerang yang oleh masyarakat disebut Kandang Godzilla. Tempat wisata ini mulai populer setelah ada seseorang yang memotretnya dengan sudut pandang yang baik hingga terlihat seperti sebuah kandang Godzilla. Atau Danau Kaolin di Bangka Belitung, yang sebelumnya adalah kolam bekas tambang galian timah. Seorang pengunjung memotret dengan begitu bagusnya hingga seperti danau biru di tengah hamparan salju.