Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Wahai Jomlo, Jodoh Terbaik Itu Anak Pers Mahasiswa

Diperbarui: 12 Desember 2020   07:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak persma memang selalu identik dengan menulis. Bukankah yang suka menulis itu selalu menarik? (ilustrasi: Getty Images melalui sindonews.com)

Rugi kalau saat kuliah kamu tidak ikut pers mahasiswa. Selain menambah ilmu tulis menulis dan jurnalistik, aktif di pers mahasiswa bisa membuatmu jadi sosok yang tahan banting dan pasangan terbaik bagi siapapun yang sedang mencari jodoh.

Aku bicara ini bukan tanpa fakta. Baik istriku sekarang maupun aku sendiri, dulu sama-sama ikut pers mahasiswa. Benih-benih cinta kami pun mulai tumbuh saat aktif mengelola majalah fakultas. Dan, sampai sekarang rumah tangga kami baik-baik saja hingga dikaruniai dua anak yang beranjak dewasa.

Sewaktu memasuki bangku kuliah untuk pertama kali, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang pertama kali kuikuti adalah Pers Mahasiswa (persma). Bukan tanpa alasan jika aku  lebih memilih UKM ini dibanding beberapa UKM lainnya yang ada di kampus. Sejak SMA, aku memang menyukai jurnalistik dan aktif di ekstrakurikulernya.

Di kampus, pers mahasiswa yang kuikuti belum sebesar dan sekondang Balairung atau Bulaksumur di UGM. Ya harap maklum, berhubung fakultasku masih bayi, otomatis pers mahasiswanya pun baru lahir pula.

Kebanyakan mahasiswa yang ikut persma di fakultasku adalah jomlo yang sering meratapi nasib. Dari yang resah karena tak juga laku sampai yang sering curhat mengenai gebetan yang hobi tarik-ulur, tak kunjung memberi kepastian.

Menurut pengamatanku, anak persma sering kalah pamor dengan mahasiswa pencinta alam (Mapala) yang terlihat sangar, macho dan gemar berpetualang. Anak persma juga sering minder jika dibandingkan dengan anak BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) yang tampak elit dan bermasa depan cerah. Mereka juga kalah keren dibandingkan anak Rohis (Kerohanian Islam) yang didominasi pemuda-pemudi soleh dan solehah calon menantu idaman.

Apa sebabnya?

Mungkin karena kami terlalu akrab dengan tenggat waktu berita, jadi kami lebih sibuk menulis dan menyunting artikel. Sampai-sampai kami lupa mengakrabi hal lain yang tak kalah urgen dengan perkuliahan: masalah jodoh dan mencari pasangan.

Kami lebih takut disemprot senior karena artikel yang tak kunjung disetor daripada disemprot pasangan karena lupa janjian.

Anak persma memang selalu identik dengan menulis. Bukankah yang suka menulis itu selalu menarik?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline