Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Detik-detik Perang 10 November 1945 dan Lahirnya Pekik "Merdeka atau Mati"

Diperbarui: 10 November 2020   06:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perang 10 November 1945 merupakan perang paling berdarah yang pernah dialami tentara Inggris pada dekade 1940-an (foto: pinterest/fadlimohammad)

Sejak insiden perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato pada 19 September 1945, para pejuang muda Surabaya mulai melakukan penyerangan ke pos-pos tentara sekutu. Beberapa perang kecil terjadi antara arek-arek Suroboyo yang tak rela tanah airnya diinjak-injak kembali oleh bangsa penjajah.

Pada 28 Oktober 1945, pecahlah perang terbuka pertama antara pejuang Indonesia melawan tentara Inggris dari Brigade 49 India yang dipimpin Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby. 

Banyak korban berjatuhan di kedua belah pihak, baik tentara Indonesia maupun Inggris dan tentu saja rakyat sipil Surabaya. Saat itu, pasukan Inggris diambang kekalahan.

Brigjend Mallaby kemudian mengontak panglima pasukan Inggris Divisi 23, Mayor Jenderal D.C. Hawthorn dan memintanya mengusahakan perdamaian. Hawthorn kemudian menemui Sukarno di Jakarta. Dalam pertemuan itu, Hawthorn meminta Sukarno untuk membujuk para pejuang di Surabaya agar mau mengadakan gencatan senjata.

Tewasnya Brigjend Mallaby Membuat Inggris Mengultimatum Pejuang Indonesia

Pada 30 Oktober 1945, bertemulah delegasi Indonesia yang diwakili Sukarno, Hatta dan Amir Syarifuddin dengan Inggris yang diwakili Mayor Jenderal D.C. Hawthorn di Surabaya. 

Di depan para pejuang muda Surabaya, Sukarno meminta mereka untuk menghentikan serangan terhadap tentara Inggris. Pihak Inggris sendiri berjanji akan segera menarik pasukanya dari Surabaya. Usai menandatangani perjanjian gencatan senjata, Hawthorn dan para pimpinan RI tersebut meninggalkan Surabaya dan kembali ke Jakarta.

Namun, takdir tak dapat ditolak. Informasi gencatan senjata ternyata belum diterima oleh seluruh lapisan pasukan. Brigjend Mallaby yang mengira suasana kota Surabaya sudah terkendali menjadi lengah. Pada 30 Oktober 1945 malam, Mallaby keluar dari markas pasukan Inggris dengan maksud mengecek pasukannya.

Dengan naik mobil Buick ia bersama pengawalnya berkeliling Surabaya. Tanpa disadari, Mallaby masuk ke daerah sekitar Jembatan Merah, wilayah yang dikuasai para pejuang Indonesia.

Di dekat Gedung Internatio dan Jembatan Merah saat itu sedang terjadi baku tembak antara para pejuang dan beberapa pasukan tentara bayaran India (Gurkha) yang belum tahu informasi gencatan senjata.

Mendadak, ada pistol menyalak mengarah ke mobil Mallaby. Tak lama kemudian, sebuah granat menggelinding ke bawah mobil dan langsung meledak. Mallaby tewas seketika.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline