"Rudolfo.......!"
Suara cempreng yang memekakkan telinga menggema di seantero istana. Tergesa-gesa Rudolfo, asisten pribadi Raja Ferguso, berlari mendatangi arah suara. Ternyata datang dari kamar Sri Baginda Ferguso.
Rudolfo membuka pintu kamar. Dilihatnya Baginda Ferguso sedang uring-uringan. Jendela kamarnya terlihat terbuka.
"Ada apa Raja Ferguso," tanya Rudolfo khawatir.
"Coba kamu lihat di depan sana," kata Raja Ferguso sambil menunjuk ke arah luar istana.
Rudolfo beranjak mendekat ke jendela. Di sana, dia melihat lautan manusia berpakaian warna-warni sedang berkumpul. Rapat, memadat, seolah tidak ada satu centimeter pun ruas jalan yang kosong.
"Apa yang kamu lihat Rudolfo?" tanya Raja Ferguso.
"Ada demonstrasi, Baginda Raja?" Rudolfo malah balik bertanya.
"Bodoh kamu! Apa kamu tidak baca berita?" bentak Raja Ferguso gusar.
"Maaf Raja Ferguso. Hamba terlalu sibuk ngevlog, tidak sempat mengikuti berita," kata Rudolfo menundukkan wajahnya. Raja Ferguso kalau marah mukanya menyeramkan, seperti Genderuwo.