Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Vaksin Covid-19 Berpotensi Menciptakan Kesenjangan Sosial Baru

Diperbarui: 23 Agustus 2020   14:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika lolos uji klinis, apakah masyarakat harus membeli vaksin Covid -19 atau bakal dibagikan gratis oleh pemerintah? (gambar: (AFP/NICOLAS ASFOURI via kompas.com)

Antrean pengunjung di sebuah gedung bioskop terlihat mengular hingga di depan tempat parkir sepeda motor. Hari itu gedung bioskop tersebut tengah memutar perdana film superhero yang sudah lama ditunggu-tunggu penikmat film, yang penayangannya tertunda karena pandemi Covid-19.

Pengunjung terpaksa mengantri karena sesuai protokol kesehatan, mereka harus diperiksa suhu tubuhnya, lalu mengisi formulir untuk keperluan pendataan tracing. 

Tiba-tiba, seorang pemuda berpakaian necis tanpa ikut antre langsung menuju ke tempat pemeriksaan tiket. Setelah menunjukkan tiket dan sebuah kartu kecil, tanpa diperiksa suhu tubuh maupun mengisi formulir pemuda itu pun dipersilahkan masuk.

Melihat kejadian tersebut, seorang pemuda lain keluar dari antreannya dan memprotes petugas bioskop yang mengijinkan pemuda necis itu masuk begitu saja.

"Permisi pak, pemuda tadi kok bisa langsung masuk tanpa ikut antre? Apa dia pemilik bioskop ini?" tanya pemuda itu dengan nada kesal.

"Bukan mas. Dia penonton biasa kok."

"Terus kenapa dia bisa nyelonong begitu saja? Sementara saya dan yang lainnya harus antre begitu lama cuma buat diperiksa suhu tubuh dan mengisi formulir segala macam."

"Oh, dia nggak nyelonong kok Mas. Memang sudah prosedur kami untuk memeriksa setiap penonton sebelum masuk ke gedung bioskop. Nah, pemuda tadi punya kartu bebas Covid-19. Artinya dia sudah disuntik vaksin Covid-19, jadi gak perlu diperiksa suhu tubuh atau mengisi formulir tracing."

***

Pemerintah Indonesia Akan Impor 50 Juta Dosis Bakal Vaksin Covid-19

Kisah di atas hanya fiksi belaka, namun berpotensi terjadi di masa depan. Saya bukan peramal, tapi kisah rekaan itu sepertinya mewakili kekhawatiran saya pada wajah masa depan saat Covid-19 selesai diuji klinis dan mulai diedarkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline