Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Aib Si Tina

Diperbarui: 14 Agustus 2020   07:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kubuka pintu kamar tempat Tina melahirkan. Tampak oleh mataku ceceran darah di lantai (ilustrasi: unsplash.com/Jonathan Rados) 

Sekeluarga gempar. Mendadak perut Tina terlihat membuncit.

"Kok bisa?" tanya istriku.

"Ya mana kutahu. Salahnya sendiri sering pulang malam."

"Jangan menyalahkan begitu saja dong Mas. Cari tahu, siapa yang menghamili Tina. Siapa calon bakal bayinya itu."

"Bagaimana? Tina sendiri tidak mau bicara sama kita. Tiap hari mengurung diri, keluar cuma buat makan."

"Pokoknya Mas harus cari tahu. Aku gak mau anak Tina nanti tidak jelas siapa ayahnya. Apa kata tetangga nanti Mas?"

Pusing. Aku terus memutar otak mencari jawaban pertanyaan istriku. Tapi semakin kupikir, semakin buntu pula jalan keluarnya.

Kian hari perut Tina semakin membesar. Sudah tidak mungkin lagi menyembunyikannya dari penglihatan tetangga kiri kanan. Bisik-bisik mulai terdengar. Bahkan tukang sayur langganan juga ikut membicarakan.

"Itu perut Tina kok semakin besar, apa mungkin dia hamil?" tanya tukang sayur saat melihat Tina keluar rumah.

"Bukan tidak mungkin lagi. Sudah jelas si Tina hamil," timpal mbak Erna, tetangga sebelah rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline