"Seperti yang dicontohkan dan dinasihatkan Ibuku, memberi sedekah makanan yang disajikan dengan baik dan diberikan dengan penuh perasaan akan besar nilainya."
"Jangan lupa pak Hansip yang jaga di pos depan di beri juga ya," kata Ibuku mengingatkan.
Waktu itu, di rumah Ibuku baru selesai pengajian rutin. Semua jamaah pengajian sudah pulang setelah menikmati hidangan yang kami sajikan. Mendengar perkataan Ibuku, aku lalu menyiapkan sepiring nasi beserta lauk pauknya.
"Lho, mana minumannya?" tanya Ibuku saat melihat aku membawa sepiring makanan.
"Di pos Hansip sudah ada minuman Bu."
"Jangan begitu. Kalau kamu memberi makanan, sertakan sekalian minumannya. Ini juga, masa memberi makanan kok awut-awutan gini?" kata Ibu lalu mengambil piring yang hendak kubawa ke pos Hansip.
Ibu lalu menyiapkan piring kosong dan mengisinya dengan nasi. Kemudian, lauk pauk dan sayurnya ditata dengan baik, tidak awut-awutan seperti yang kulakukan tadi. Tak lupa, disiapkannya pula segelas teh hangat.
"Nah, sekarang bawa ke pos Hansip sana," kata Ibu sembari menyerahkan piring nasi beserta segelas teh hangat.
Usai menyerahkan makanan dan minuman itu ke Hansip yang berjaga di pos depan rumah, aku menemui Ibu dan bertanya mengapa hidangan nasi itu harus diatur rapi dan indah.