Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Apakah Pandemi Covid-19 Dapat Membuatmu Berkembang Lebih Baik?

Diperbarui: 29 Juni 2020   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa karantina selama pandemi Covid-19 adalah kesempatan terbaik seumur hidup untuk mengembangkan diri (ilustrasi: unsplash.com/Steven Lelham)

Banyak orang yang mengeluh bosan ketika mereka harus di rumah saja selama pandemi Covid-19. Kalau aku melihatnya dalam sudut pandang yang positif: Ada begitu banyak waktu ekstra yang bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya.

Pandemi Covid-19 di seluruh dunia membuat setiap orang menderita. Virus corona mengambil cara hidup kita sehari-hari, termasuk rutinitas harian, jadwal mingguan, rencana bulan depan, kebiasaan kita - dan membalikkan semuanya.

Selama pandemi Covid-19, semua orang berada dalam badai yang sama, tapi cara menghadapinya bisa berbeda-beda. Semua orang menavigasi melalui dunia yang berbeda, mencoba mencari cara untuk menghadapi perubahan yang tiba-tiba. Begitu pula sikap kita dalam memanfaatkan waktu selama masa karantina di rumah saja.

Ada yang tenggelam dalam menonton hiburan di layar ponselnya. Ada yang tenggelam dalam umpan-umpan berita di media sosial. Ada yang tenggelam dalam kesibukan yang bermanfaat. 

Bagaimana cara kita merespon pandemi dan memanfaatkan waktu ekstra yang tersedia, itulah yang kelak akan menentukan jalan kehidupan kita.

5 Tahap Respon Masyarakat Terhadap Pandemi

Secara historis, respons masyarakat terhadap pandemi mengikuti lima tahap ini: penolakan, kecemasan, penyesuaian, evaluasi ulang, dan normal baru.

Tahap Penolakan

Saat kita pertama kali mendengar berita tentang epidemi, kita menepisnya. Kita membaca berita dan mendengar cerita, tetapi menganggap itu bukan hal besar dan akan segera dapat diatasi dan hilang. Sikap ini sangat lazim jika wabah terjadi di suatu tempat yang jauh dari negara kita.

Ingat kembali saat virus corona pertama kali muncul di kota Wuhan, bagaimana respon kita? Biasa saja bukan? Malah ketika banyak riset mengatakan Indonesia kemungkinan besar sudah terdapat kasus positif corona, pejabat pemerintah kita sampai menyangkal sedemikian rupa.

Tahap Kecemasan

Tapi penolakan itu perlahan mengarah pada kecemasan. Satu dua kasus positif ditemukan, kemudian klaster pertama terdeteksi dan penularan virus semakin meningkat, kita mulai menerima bahwa pandemi itu nyata. 

Kita dihadapkan dengan ketidakpastian tentang sesuatu yang tidak pernah kita rencanakan, dan dengan panik mencoba memutuskan bagaimana cara terbaik untuk merespons.

Aksi panic buying membuat harga masker dan hand sanitizer melambung tinggi. Banyak orang memborong bahan pangan karena khawatir pemerintah akan memberlakukan lockdown.

Tahap Penyesuaian

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline