Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Saling Bermaaf-maafan, Ada Etika yang Harus Diperhatikan

Diperbarui: 22 Mei 2020   18:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengucapkan permintaan maaf dengan menyebut nama orang yang dituju jauh lebih mantap (foto ilustrasi: Shutterstocks melalui tempo.co)

"Assalamualaikum...dulur-dulu, tadi pagi saya dapat amanah, dari Mbah Uti. Katanya, pada hari raya besok jangan ke rumah Mbah Kung dulu, nunggu masa pandemi Covid-19 reda ya. Mohon dimengerti dan dimaklumi karena usia mereka sudah tua dan rentan."

Merayakan Lebaran di Tengah Keheningan

Pesan dari kakakku di grup Whatsapp keluarga semakin menambah kesedihan di tengah keheningan Hari Raya Idul Fitri 1441 H. Tahun ini pertama kalinya Idul Fitri tanpa kehadiran sosok Ibu di tengah anak cucunya. Tahun ini pertama kalinya Idul Fitri dirayakan dalam balutan rasa cemas dan khawatir akan pandemi virus corona.

Mbah Uti dan Mbah Kung adalah bibi dan pamanku dari pihak ayah. Setelah Ibu tiada, paman dan bibiku menjadi orangtua yang tersisa.

Setiap kali lebaran, rumah mereka yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari rumah Ibu selalu ramai dikunjungi sanak saudara dan tetangga. Pamanku termasuk salah satu sesepuh di kampung, sehingga banyak tetangga yang merasa perlu bersilaturahmi lebih dulu ke kediamannya.

Alhasil, para cucunya harus sabar menunggu giliran. Saat seperti ini biasanya kami gunakan untuk saling meminta maaf, sambil bernostalgia antar keluarga yang sudah terpisah-pisah.

Tapi, tahun ini rumah besar itu akan terlihat sepi. Atas kesadaran pribadi, paman dan bibiku meminta agar cucu-cucunya tidak berkunjung ke rumah. Mengingat usia mereka yang sudah tua, sangat rentan tertular virus corona maupun virus penyakit lainnya.

Begitu pula dengan tradisi saling anjangsana ke rumah-rumah tetangga, pemerintah sudah menghimbau untuk sebaiknya dihindari dulu. Kata pemerintah, cukuplah bermaaf-maafan lewat media sosial atau video call.

Ya, kecanggihan teknologi membuat kita bisa bersilaturahmi dengan hanya menatap layar ponsel. Jari jemari lalu meluncur mulus di papan ketik menuliskan kalimat demi kalimat ucapan maaf.

Etika Bermaaf-maafan di Hari Raya

Tapi, rasanya tidak sama bila kita bermaaf-maafan dengan langsung bertatap muka. Karena saat kita menyampaikan permintaan maaf lewat media sosial atau video call, kita sering melupakan etika.

Saat kita bermaaf-maafan lewat media sosial atau media perpesanan, untaian kalimat permintaan maaf dan ragam ucapan Selamat Idul Fitri seringkali hanya berupa kalimat-kalimat yang klise. Tidak kita tulis sendiri karena menyalin kalimat-kalimat ucapan yang sudah terkirim di berbagai grup perpesanan. Salin sana salin sini, kurang kreatif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline