Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Ziarah dan Megengan, Dua Tradisi Jelang Ramadan dan Jelang Lebaran

Diperbarui: 18 Mei 2020   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kue Apem dimaknai sebagai permintaan maaf dan ampunan dalam tradisi Megengan (shutterstock melalui goodnewsfromindonesia.com)

Aku jadi bertanya-tanya sendiri, apakah Kompasiana gak salah memberi tema?

Lebaran tinggal menghitung hari, eh temanya malah Tradisi Menjelang Ramadan. Semestinya, tema ini dipakai di hari pertama tantangan Satu Ramadan Bercerita.

Sampai-sampai mbak Anis Hidayatie berkomentar, "Positif thinking saja Mas. Mungkin Kompasiana ingin bernostalgia."

Nah, kalau tujuannya bernostalgia dengan mengingat-ingat kembali tradisi menjelang Ramadan, bisa juga sih. Soalnya, dalam situasi pandemi Covid-19, berbagai tradisi dan ritual keagamaan dengan sangat terpaksa harus ditiadakan.

Di daerahku sendiri, tradisi menjelang Ramadan dan menjelang lebaran itu sama saja. Seperti tradisi ziarah ke makam keluarga.

Satu hari menjelang Ramadan, beberapa lokasi pemakaman ramai dengan para peziarah. Mereka tak hanya berziarah ke makam sanak saudaranya saja, juga ke makam-makam ulama atau sesepuh kampung yang ada di lokasi pemakaman yang sama.

Di kampungku Tenggilis, makam ulama dan sesepuh kampung yang ramai diziarahi masyarakat sekitar adalah makam Kyai Hasyim. Beliau pernah menjadi guru dari KH. Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama.

Selain ziarah ke makam, tradisi jelang Ramadan yang biasanya dilakukan masyarakat Jawa adalah "Megengan". Secara lughawi atau menurut etimologinya, megengan dimaknai "menahan".

Dalam konteks puasa, masyarakat yang melakukan tradisi megengan berharap dapat mengingatkan diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya untuk mulai belajar "menahan hawa nafsu". Konon menurut kepercayaan masyarakat, tradisi Megengan sudah diajarkan oleh Wali Songo, khususnya lewat dakwah Sunan Kalijaga yang memang kental dengan nuansa dan adat istiadat Jawa.

Tradisi megengan ini biasanya dimulai seminggu hingga satu hari sebelum Ramadan. Masyarakat, terutama ibu-ibu membuat aneka hidangan, terutama jajanan apem. Dipilihnya kue apem sebagai simbol megengan ini tak lepas dari kepercayaan masyarakat akan filosofi kue apem itu sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline