"Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya." (muttafaq 'alaihi).
Melalui hadis ini, Allah secara langsung menyatakan bahwa puasa dapat menerbitkan kebahagiaan pada hati orang-orang yang melaksanakannya. Beban saat berpuasa menahan segala keinginan syahwat kelak berakhir dengan berjuta kebaikan yang menyenangkan, baik di dunia, maupun di akhirat.
Kebahagiaan pertama adalah kebahagiaan duniawi, yang kita peroleh saat berbuka puasa. Rasulullah SAW sendiri memberi tuntunan pada kita bagaimana atau dengan apa kita semestinya berbuka puasa.
Apakah berbuka dengan yang manis?
Anjuran Berbuka Puasa Sesuai Tuntunan Rasulullah
Ah, ini salah satu kekeliruan banyak umat Islam saat menjalankan ibadah puasa. Ungkapan ini begitu populer disampaikan di waktu bulan Ramadan, hingga banyak yang beranggapan kalimat "berbuka dengan yang manis" ini adalah sebuah hadis dari Rasulullah SAW sendiri.
Padahal, bunyi hadis Rasulullah perihal anjuran berbuka puasa itu seperti ini:
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbuka dengan kurma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan kurma kering (tamr), jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air" (HR. Ahmad, Abu Dawud, sanadnya shahih)
Nah, tidak ada narasi berbuka dengan yang manis-manis. Kekeliruan tafsir hadis ini menurut para ulama berasal dari pendapat Al Qadhi Ar Ruyani yang dalam kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab mengatakan,
"Berbuka itu dengan kurma, bila tidak ada maka dengan halawah (manis-manis), bila tidak ada maka dengan air".
Dari sinilah umat kemudian salah mengerti dan salah mengartikan kata halawah (manis). Kata halawah dalam kamus bahasa Arab memang berarti makanan yang rasanya manis. Namun tidak semua jenis makanan yang rasanya manis lantas disebut dengan halawah.