Ketika Hand Sanitizer dan Masker Jadi Kebutuhan Pokok
Ada yang berbeda dari suasana pelatihan Gapura Digital sore tadi (1/3). Di meja pendaftaran, terdapat toples kaca berisi masker wajah. Di sebelahnya, ada satu botol hand sanitizer. Seorang tim Gapura terlihat sedang memeriksa suhu tubuh peserta yang akan masuk ke ruangan menggunakan termometer digital.
Serangkaian alat dan tindakan yang dilakukan tim Gapura Digital ini merupakan standar prosedur yang baru menyusul kian merebaknya wabah virus corona COVID-19. Dan sepertinya banyak perusahaan yang menerapkan kebijakan yang sama.
Saat sedang memperbaiki laptop di service center Asus beberapa hari yang lalu, saya melihat ada hand sanitizer. Masker dan hand sanitizer seolah menjadi kebutuhan pokok yang wajib tersedia.
Sayangnya, masyarakat kita seolah cuek dan tidak mau memanfaatkan alat kesehatan yang disediakan gratis tersebut. Di depan peserta pelatihan, saya sempat bertanya apakah ada yang mencuci tangan dengan hand sanitizer yang sudah disediakan?
Cuma ada 1 orang yang menjawab ya. Lainnya hanya menggelengkan kepala sambil tersipu malu. Kelihatannya mereka lebih memilih masker wajah daripada mencuci tangan dengan hand sanitizer.
Begitu pula saat berada di service center Asus yang juga menyediakan hand sanitizer, banyak orang yang kebetulan ada di sana tidak ada yang tergerak untuk memanfaatkannya.
Pantas saja jika harga masker wajah mendadak naik setinggi langit. Pada akhirnya saya memahami tanggapan dari Menkes dr. Terawan yang mengatakan salah sendiri masyarakat membeli masker wajah.
Bukan lantaran dr. Terawan tidak peduli dengan kesehatan masyarakat, namun lebih menunjukkan sindiran pada masyarakat bahwa naiknya harga masker karena masyarakat sendiri yang panik dengan memborong masker.
Masker Tidak Dirancang untuk Mencegah Partikel Virus
Padahal, tangan kita yang harus dilindungi, bukan wajah. Masker tidak banyak manfaatnya untuk melindungi tubuh kita dari paparan virus.
"Masker bedah (masker wajah) tidak dirancang untuk mencegah partikel virus, dan mereka tidak terpasang erat di hidung dan pipi Anda," kata dr. William Schaffner, spesialis penyakit menular di Vanderbilt University di Tennessee.