Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Jika Pria yang Menghamili, Mengapa Wanita yang Harus Kontrasepsi?

Diperbarui: 30 Januari 2020   23:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi alat kontrasepsi (unsplash.com/Reproductive Health Supplies Coalition)

"Selamat ya Ning, lama gak ketemu tahu-tahu sudah melahirkan anak yang keempat. Sengaja atau keceplosan nih?" kata saya memberi ucapan selamat sekaligus bercanda pada teman kuliah yang lama tak berjumpa.

"Tau nih bapaknya anak-anak. Disuruh pake kondom gak mau, katanya pake kalender aja," jawab Nining sambil melirik sang suami yang ada di sebelahnya.

"Kalo pake 'sarung' nanti gak kerasa, ya kan Mam, hehehe. Mama juga sih, gak mau dipasangi spiral. Katanya takut ada apa-apa di dalam. Diminta minum pil katanya takut gemuk. Ya sudah, pake kalender aja. Eh, malah keceplosan sampai dapat empat," kata sang suami menimpali.

Sepotong percakapan tersebut membawa kita pada satu bahasan yang menarik: kontrasepsi. Dari percakapan itu pula kita mendapat petunjuk, bahwa ada banyak pilihan kontrasepsi bagi wanita, sementara sedikit sekali jenis kontrasepsi untuk pria.

Dari mana datangnya ide kontrasepsi ini?

Mari kita mengulang sedikit sejarah.

Ketika Thomas Robert Malthus menerbitkan tulisan pendeknya yang terkenal pada 1798,  An Essay on the Principle of Population as it Affects the Future Improvemen of Society, masyarakat ilmiah menjadi gempar. Mereka seperti ditampar hingga menjadi sadar akan kebenaran dari tulisan pendek tersebut.

Tesis dasar Malthus adalah bahwa pertumbuhan populasi cenderung melampaui pertumbuhan persediaan makanan. Populasi manusia bertambah secara geometris atau berupa deret eksponensial (seperti deretan angka 1,2,4,8,16....). Sedangkan persediaan makanan cenderung hanya bertambah secara aritmetis atau berupa deret linier (seperti deretan angka 1,2,3,4,5,6...).

Singkatnya, menurut Malthus, "Kekuatan populasi lebih besar daripada kekuatan bumi untuk menghasilkan penghidupan bagi manusia." Kesimpulan yang sangat pesimis!

Apakah pertumbuhan populasi tidak bisa dihambat?

Bisa. Perang, wabah atau bencana alam bisa mengurangi populasi manusia. Tapi, itu sifatnya hanya sementara dan lagipula caranya sangat tidak mengenakkan. Dengan latar belakangnya sebagai pendeta, Malthus kemudian menyarankan apa yang ia sebut sebagai "batasan moral". Bahwa setiap individu harus menjaga kesucian pranikah, dan secara sukarela membatasi hubungan seks dalam perkawinan.

Ide pembatasan populasi manusia yang dicetuskan Malthus ini kemudian menjadi konsekuensi munculnya ide kontrasepsi. Orang pertama yang secara terbuka menyarankan penggunaan alat kontrasepsi untuk membatasi populasi manusia adalah reformis Inggris, Francis Place. Pada 1822, Place menulis buku yang menyarankan kontrasepsi. Sementara di Amerika Serikat, dr. Charles Knowlton pada 1832 juga menerbitkan buku mengenai kontrasepsi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline