Tahun baru, karir baru, jabatan baru. Seperti itulah pengharapan sebagian besar pekerja di awal tahun 2020.
Sayangnya, hanya karena kita membalik halaman kalender, itu tidak berarti kehidupan kerja kita bisa berubah secara ajaib dalam semalam. Bisa jadi, kita menyambut awal tahun ini di tempat kerja dengan perasaan waswas.
Perusahaan mungkin merelokasi pekerjaan kita ke kota atau wilayah lain yang terpencil. Mungkin pula perusahaan lebih suka menggunakan kecerdasan buatan dan teknologi baru, yang berakibat pada hilangnya pekerjaan.
Rasa waswas itu juga bisa muncul karena karir kita membentur tembok. Terkadang kita merasa setelah bekerja bertahun-tahun, kita memiliki ulasan kinerja yang baik dan berharap ada kenaikan tingkat sesuai dengan jenjang karir yang ada. Tapi, jabatan idaman yang kita inginkan ternyata belum kesampaian juga.
Atasan kita tidak kemana-mana. Sementara jika ada posisi atas yang lowong, perusahaan lebih suka mempekerjakan orang yang lebih muda dan gajinya lebih murah. Atau, sekalipun kita masih relatif muda, memiliki kemampuan luar biasa, namun kita diabaikan hanya karena tidak memiliki rambut beruban.
Dua Pilihan Bila Karir Kita Mandek
Berada dalam posisi stagnan seperti itu bisa membuat frustasi. Membuat kita merasa gelisah dan sering bertanya apa yang salah dengan pekerjaan atau kepribadian kita di tempat kerja.
Menghadapi situasi seperti ini, pilihannya tinggal dua:
- Bertahan di tempat kerja sembari membesarkan hati dengan bersyukur masih bisa kerja dan menerima gaji, atau;
- Meninggalkan pekerjaan dan karir yang stagnan itu untuk kemudian mencari peluang dan kesempatan kerja yang lebih baik.
Mana yang terbaik?
Tergantung dari bagaimana sikap dan mental kita menghadapi jalan buntu yang membuat karir kita tidak bisa melaju. Tapi, manapun yang kita pilih, setidaknya pilihan itu bisa menjadikan kita seperti Joker.
Bukan memiliki karakter atau kepribadian seperti Joker, melainkan mengikuti saran dari salah satu kutipannya yang terkenal: