Tiga bulan yang lalu, kulit saya di bagian leher belakang gatal-gatal. Awalnya saya mengira ini infeksi jamur kulit biasa karena gejala dan tanda penampakan gatalnya seperti kadas.
Saya pun mengobatinya dengan salep kulit yang generik. Hingga salepnya habis, belum ada tanda-tanda jamur kulit di leher saya hilang, malah semakin terasa gatalnya.
Saya lalu memutuskan untuk mengganti merek salepnya, siapa tahu lebih manjur. Eh ternyata sama saja, tidak menyembuhkan, malah membuat area penyebarannya semakin luas.
Sedikit putus asa, saya lalu bertanya ke teman-teman di grup WA, mungkin mereka pernah punya masalah yang sama. Tak lupa, saya juga mencari informasi pengobatannya di Google. Tentunya dengan beberapa kata kunci yang berkaitan dengan masalah gatal-gatal yang saya alami.
Jawaban dari teman-teman hampir sama: "Periksa saja ke dokter kulit."
Masalahnya, kata "dokter kulit" selalu beriringan dengan "kelamin". Ini mungkin yang membuat sebagian besar masyarakat enggan, malu dan tindakan memeriksakan diri ke dokter kulit (dan kelamin) adalah pilihan terakhir. Tidak terkecuali dengan saya.
Sementara usaha saya mencari informasi di Google juga tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Sebagian besar informasi yang tertera di hasil pencarian adalah artikel tentang penyebab jamur kulit, macam-macam obat jamur kulit (yang generik) atau herbal, serta beberapa artikel promosi obat jamur kulit tertentu.
Sampai pada akhirnya istri saya memberi saran, "Sudah, kalau gak mau periksa ke dokter, tanyakan saja obatnya ke apoteker. Mungkin mereka tahu."
Saya pun menuruti saran istri, pergi ke apotek yang saya tahu persediaan obatnya lengkap. Di sana, saya lalu bertanya pada apoteker yang bertugas, "Mbak, ada obat jamur kulit yang tandanya mirip kadas? Saya sudah mencoba salep kulit biasa, tapi gak manjur."
"Tanda-tandanya seperti apa, Pak?"