Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Penulis, "Entertainer" yang Jasanya Kurang Dihargai

Diperbarui: 23 Juli 2019   09:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: unsplash.com/@chrisspiegl; grafis dokumentasi Himam Miladi

Ketika Penulis Menghilang Dari Linimasa Media Sosial.

Linimasa media sosial mendadak sepi. Tak ada postingan yang berisi tautan artikel dari berbagai blog atau website. Tak ada yang berbagi tips, opini, puisi, cerpen atau cerita dan berita ringan yang menghibur. Yang tersisa hanya tulisan berita faktual yang dikirim oleh para jurnalis.

Sadar bahwa umpan media sosial mereka seperti area pemakaman yang tak pernah dikunjungi orang, barulah netizen ramai berkomentar.

"Ada apa ini?" tanya Bejo pada temannya, Paijo. Biasanya, linimasa medsos Bejo selalu terisi umpan artikel otomotif dari para blogger. Berbagai tips dan trik mengulik motor dibacanya dengan tuntas. Tapi hari itu dia merasa kehilangan sesuatu. Beranda medsos-nya hanya berisi komentar dan pertanyaan yang sama dari teman-teman sesama penghobi otomotif.

"Gak tahu nih. Medsosku juga sepi, Jo. Gak ada yang berbagi tips menulis atau puisi dan cerpen mereka," kata Paijo menimpali keheranan temannya. Berbeda dengan Bejo yang hobi otomotif, Paijo senang membaca fiksi. Meskipun hingga saat ini dia masih belum mau untuk menulis atau membuat karya sendiri.

Menjelang sore, barulah netizen tahu apa penyebab sepinya linimasa medsos mereka. Ternyata, saat itu ada pemogokan massal para penulis sedunia. Blogger, Content Writer, Copywriter, penulis buku, penyair, cerpenis, hingga para remaja yang mulai gemar menulis puisi dan cerita-cerita pendek kompak memutuskan untuk berhenti menulis!

"Mengapa kalian berhenti menulis?" tanya seorang jurnalis pada pimpinan Konfederasi Penulis dan Blogger Se-Dunia saat mereka menggelar jumpa pers.

"Sebenarnya, aksi hari ini adalah wujud dari suara hati yang sudah kami pendam begitu lama. Kami, para penulis, merasa kurang dihargai oleh para pembaca dan penikmat industri hiburan. Kami merasa, apa yang kami hidangkan pada kalian tidak mendapat imbalan yang pantas. Dibandingkan penghibur lain, para penulis  tidak mendapat penghasilan yang layak. Kami kerap diperlakukan sebagai mesin. Kami sering diperintahkan untuk terus menulis, tetapi kebutuhan dan kesejahteraan hidup kami tidak pernah diperhatikan. Tidak ada yang peduli dengan nasib para penulis. Karena itu, mulai hari ini kami memutuskan untuk berhenti menulis, dan mulai mencari pekerjaan lain yang bisa mencukupi kebutuhan hidup kami."

***

Penulis, "Entertainer" yang Kurang Dihargai.

Ilustrasi cerita di atas tentu saja imajinasi belaka. Tapi, seandainya benar terjadi, terbayang tidak seperti apa respon orang-orang? Beberapa orang mungkin bertanya-tanya di mana gerangan para penulis ini - terutama jika si penulis selalu hadir di beranda media sosial membagikan karya tulisnya. 

Dan mungkin pula lebih banyak yang tidak memperhatikan. Karena bagi mereka ini, ada atau tidak adanya penulis tidak memiliki efek langsung dalam hidup mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline