Dalam bahasa Arab, ada ungkapan yang berbunyi "li kulli maqam maqal wa likulli maqal maqam" yang artinya "untuk setiap tempat ada ucapan yang sesuai dan untuk setiap ucapan ada tempat yang sesuai."
Kita memang sering keliru dalam menempatkan ucapan untuk situasi dan kondisi tertentu. Misalnya, ada seorang pejabat yang diminta memberi sambutan untuk acara pemakaman. Mungkin karena sudah terbiasa dengan kalimat pembuka yang sama, saat mengawali sambutannya itu pejabat tersebut mengucapkan, "Hadirin yang berbahagia......"
Salah satu ucapan yang sering kali tertukar waktu dan tempat pengucapannya adalah ucapan Terima Kasih. Ucapan ini seringkali hanya kita maknai sebagai bentuk rasa syukur dan tanggapan/respon atas pertolongan dan apresiasi dari orang lain. Padahal, "Terima Kasih" bisa digunakan dalam beberapa situasi tertentu untuk menggantikan ucapan lain yang tidak tepat karena tidak sesuai penempatannya.
Ucapkan "Terima Kasih" saat kita terlambat.
Setidaknya itulah yang disarankan Yao Xiao, seorang ilustrator dan komikus kelahiran Cina yang kini menetap di New York. Melalui salah satu episode komik Baopu, Yao Xiao menyarankan pada kita untuk mengucapkan terima kasih ketika kita terlambat!
Komik Baopu sendiri adalah komik karya asli Yao Xiao yang mengeksplorasi nuansa dalam mencari identitas, koneksi dan persahabatan melalui kehidupan fiksi dari karakter seorang imigran muda yang aneh.
Mungkin saran Yao ini terlihat tidak biasa, karena sebagian besar dari kita umumnya lebih sering mengucapkan kata maaf di saat datang terlambat. Namun, mari kita telisik lebih jauh saran Yao ini dari kacamata logika dan filosofi hidup kita sendiri.
Terlambat memang suatu hal yang buruk. Sangat membuat stress orang yang mengalaminya, dan dianggap tidak sopan bagi mereka yang sedang menunggu.
Bagaimana respon dan tindakan kita saat mengalami keterlambatan? Secara default, kita otomatis mengatakan "Maaf, saya terlambat."
Mengucapkan permintaan maaf memang bagus, karena itu artinya kita mengakui kesalahan kita, baik disengaja maupun tidak. Masalahnya, bagaimana dengan orang-orang yang sudah berkorban untuk menunggu kita? Tidakkah kita ingin mengucapkan "Terima Kasih" karena mereka sudah menunggu?