Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Menjadi "Traveler" Itu Lebih dari Sekadar Turis Biasa

Diperbarui: 12 Juni 2019   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (unsplash.com/@bobby_hendry)


Ada banyak kata dalam bahasa Indonesia yang bisa kita ucapkan untuk menyebut sebuah bentuk kegiatan bersenang-senang, santai, membebaskan diri dari pekerjaan dan belajar di sekolah. 

Mulai dari berlibur, tur, pelesir, pelancongan (traveling), wisata, tamasya, piknik, pesiar, atau vakansi. Semuanya memiliki kesamaan arti; pergi (melakukan perjalanan) untuk bersenang-senang dan atau membebaskan diri dari pekerjaan atau belajar di sekolah.

Meskipun memiliki arti yang sama, ternyata aktivitas pergi untuk bersenang-senang ini memiliki kasta atau tingkatan tersendiri. Dalam komunitas orang-orang yang pergi berlibur, ada garis pembatas yang ditarik dengan tegas untuk memisahkan mana yang termasuk pelancong amatir dan pelancong profesional. Perbedaannya bukan terletak pada seberapa banyak uang yang dihabiskan atau tempat tujuan liburannya.

"Traveler itu aktif; dia pergi mencari orang, petualangan, pengalaman. Turis itu pasif; dia mengharapkan hal-hal menarik terjadi padanya. Dia pergi (hanya untuk) 'melihat-lihat'. "- Daniel J. Boorstin

Nah, itu dia yang membedakan pelancong amatir dan pelancong profesional. Menjadi seorang turis ketika liburan sering dianggap sebagai semacam pelancong amatir, dan seorang traveler dibedakan sebagai lebih dari turis yang berpengalaman. 

Ibaratnya, untuk menjadi dewasa seseorang harus melewati masa anak-anak dahulu. Begitu pula dengan tingkatan dari pelaku liburan ini. Untuk menjadi traveler, seseorang harus menjadi turis terlebih dahulu.

Memangnya apa sih yang membedakan? Bukannya sama saja? Traveler itu ya turis, begitu pula sebaliknya.

Tapi ternyata tidak semudah itu menyamakan traveler dan turis. Seorang traveler selalu menghindari aktivitas turisme. Bagi mereka, turis dianggap sebagai kasta terendah dalam dunia perjalanan liburan karena mereka hanya mengandalkan "kemudahan" dalam kegiatan liburan mereka.

Seorang pelancong profesional (traveler) tahu seperti apa rasanya menjadi turis dan mereka secara aktif menghindari sebagian besar (jika tidak semua) "kegiatan wisata." Yang dimaksud kegiatan wisata disini adalah hal-hal seperti merencanakan perjalanan singkat (paling lama seminggu) untuk pergi ke tempat-tempat yang populer, tinggal di hotel yang bagus, makan di restoran mewah, mengambil foto diri sendiri hanya untuk menunjukkan pada teman dan kenalan bahwa mereka pernah singgah di tempat tersebut.

Seorang traveler tidak menyukai dan menghindari aktivitas liburan semacam itu. Mereka lebih memilih jalan lain saat berlibur dengan tujuan untuk lebih menghargai budaya, masyarakat dan lingkungan sekitar dari destinasi wisata itu sendiri. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline