Jika ditanya apa hobi saya, sejak kecil saya selalu menjawab: menulis dan membaca. Tapi, semenjak hobi menulis itu bermetamorfosis menjadi sebuah profesi, akhirnya hobi saya tinggal satu, membaca saja.
Bagi saya, membaca itu lebih dari sekedar hobi. Membaca adalah bagian dari gaya hidup, budaya, dan disiplin diri. Dengan membaca saya bisa menulis. Dengan membaca saya bisa beradu argumentasi lewat tulisan. Dengan membaca pula saya bisa leluasa menuangkan ide-ide dan pendapat.
Daripada tidur, lebih baik membaca sambil menunggu buka puasa
Di bulan Ramadan ini, ada sebuah hadist yang paling populer dan kerap dijadikan kutipan para da'i. Hadist yang dimaksud berbunyi, "Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Diamnya adalah tasbih. Do'anya adalah do'a yang mustajab. Pahala amalannya pun akan dilipatgandakan." (HR. Baihaqi).
Banyak ulama menilai status hadist ini lemah (dhoif), dan karenanya tidak bisa dijadikan sandaran dalil. Meski begitu, makna hadist dhoif tersebut bisa kita bawa ke makna yang benar.
Dalam hukum fiqh Islam, ada kaidah pokok "Setiap amalan tergantung niatnya". Artinya, setiap amalan yang statusnya mubah (seperti makan, tidur dan berhubungan suami istri) bisa mendapatkan pahala dan bernilai ibadah apabila diniatkan untuk melakukan ibadah.
Jadi, tidur kita bisa bernilai ibadah apabila memang kita niatkan supaya kita bisa bangun untuk shalat malam dan kuat melakukan aktivitas ibadah lain. Tidur yang dimaksudkan untuk menunjang peribadatan yang lain inilah yang bisa mempunyai nilai ibadah. Tapi jika tidur kita hanya karena rasa malas-malasan, hanya sekedar ingin membuang waktu sembari menunggu saat berbuka puasa tiba, maka tidur kita adalah tidur yang sia-sia.
Karena itu, alih-alih tidur yang demikian, lebih baik kita manfaatkan waktu yang ada untuk mengerjakan hal-hal yang bermanfaat. Menyalurkan hobi, termasuk salah satunya adalah hobi membaca.
Membaca tidak hanya membuka jendela informasi dan pengetahuan bagi kita. Banyak penelitian ilmiah yang mengungkap manfaat dari membaca. Karena itulah, membaca bisa menjadi pilihan aktivitas yang paling tepat dan paling bermanfaat di bulan Ramadan ini, sembari menunggu waktu buka puasa tiba.
Tips Mengatur Waktu Membaca Sambil Menulis Setiap Hari
Di bulan Ramadan ini pula hobi membaca saya bisa tersalurkan dengan sangat baik. Salah satu sebabnya adalah karena ada event Satu Ramadan Bercerita, Tebar Hikmah Ramadan (Samber THR) yang diselenggarakan Kompasiana.
Saking antusiasnya mengikuti event ini, tanpa sadar saya memiliki waktu membaca yang sangat banyak. Dengan tuntutan untuk bisa menulis satu artikel setiap hari, dengan topik yang berbeda-beda setiap harinya, saya "diharuskan" untuk membaca. Saya tak ingin tulisan saya ala kadarnya. Karena itu saya "memaksakan diri" untuk membaca berbagai artikel dan tulisan lainnya sebagai bahan referensi.