Sebuah foto spanduk bertuliskan nama komunitas yang dibentangkan saat kampanye akbar Prabowo-Sandi Minggu kemarin menjadi viral di media sosial. Dalam foto spanduk tersebut, tertulis nama Komunitas Makan Bubur Diaduk dan Komunitas Makan Bubur Nggak Diaduk. Sontak, viralnya foto tersebut memicu tren sendiri di media sosial.
Beragam komunitas dengan nama-nama yang unik bermunculan. Nama-nama komunitas yang mencerminkan aktivitas keseharian. Komunitas Pemakan Siomay Tanpa Pare, Komunitas Penikmat Bakso Tanpa Saos, Komunitas Pecinta Nasi Goreng Yang Lomboknya Cukup Dua Saja, Komunitas Penuang Kecap Secara Zig Zag, Komunitas Penggemar Baca Buku Sambil Tiduran, Komunitas Gemar Posting Resep Tapi Jarang Praktek, dan nama-nama lain yang bisa membuat kita tersenyum simpul.
Jika anda pendukung capres/cawapres 01, kemungkinan besar tidak akan menjumpai nama-nama komunitas seperti ini di beranda media sosial anda. Karena memang nama-nama komunitas yang unik ini untuk sementara menjadi tren di kalangan pendukung Prabowo-Sandi.
Saya tahu, mungkin ada yang meragukan keaslian foto tersebut. Mungkin banyak yang mengatakan tulisan dalam spanduk tersebut hanya editan. Apalagi tidak ada media resmi yang memberitakannya.
Saya sendiri mengambil foto tersebut dari sebuah laman komunitas pendukung Prabowo-Sandi di Facebook. Seperti ungkapan yang belakangan santer didengar, "Ah, paling itu hoaks. foto disunting sendiri, diviralkan sendiri, dijadikan tren sendiri."
Nggak salah kok, dan saya juga tidak mempermasalahkan anggapan tersebut. Jaman gini apa sih yang gak bisa diedit?
Tapi, terlepas dari foto editan atau tidak, kreativitas seperti inilah yang patut ditiru. Mengutip kata Bang Sandi, kontestasi pemilu itu harus dibawa santai. Tak perlu saling berbenturan. Tak perlu saling menghujat dengan aura kebencian yang mendalam.
Masyarakat sudah muak dengan pengkotak-kotakan yang terjadi selama ini. Masyarakat sudah bosan terkungkung dalam ruangan dengan dinding yang membatasi pergaulan mereka. Dinding pembatas yang ironisnya, justru dibangun dan dikuatkan oleh para elit politik sendiri.
"Rasa humor adalah bagian dari seni kepemimpinan, bergaul dengan orang, dan menyelesaikan sesuatu." - Dwight D. Eisenhower.
Memang benar apa yang dikatakan Ike tersebut. Kreativitas humor lah yang pada akhirnya bisa meruntuhkan dinding yang selama ini mengkotak-kotakkan kita semua. Humor adalah penghantar besar dari roda interaksi sosial kita. Di saat kita merasa terpisah karena beda pilihan, kreativitas humor niscaya bisa menyatukan kita kembali.