Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

BMKG Jangan Bikin Masyarakat Kebingungan dan Gelisah

Diperbarui: 24 Desember 2018   05:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tsunami Banten (independent.co.uk/AFP/Getty Image)

Sudah dua kali Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) keliru dalam memprediksi dan mengantisipasi datangya tsunami. Ketika terjadi gempa bumi di Palu dan Donggala, BMKG terlalu cepat mencabut peringatan dini tsunami. Ternyata, tsunami malah datang usai peringatan tersebut dicabut. Ribuan nyawa penduduk menjadi korban bencana alam yang dahsyat itu.

Yang kedua, saat datang gelombang tinggi di perairan Banten dan Lampung pada malam hari, BMKG melalui akun twitternya menyatakan itu bukan tsunami, melainkan gelombang air laut pasang biasa. Masyarakat diminta tenang dan tidak termakan informasi-informasi liar yang menyesatkan.

Pagi hari tadi, barulah masyarakat sadar jika pernyataan BMKG tersebut justru menyesatkan. Tsunami terjadi, menggulung ratusan masyarakat di wilayah sekitar pantai Banten dan Lampung yang tidak waspada. Data terakhir menyebutkan, sudah ada 222 korban jiwa dan ratusan penduduk lainnya terluka. Indonesia kembali berduka.

Apapun pembelaan yang disampaikan BMKG, ada dua kesalahan mendasar yang patut dijadikan pelajaran. Pertama, minimnya empati saat memberikan informasi pada masyarakat. Dalam postingan di akun twitternya sebelum dihapus, BMKG menyatakan yang terjadi bukan tsunami. Di akhir pernyataannya, akun twitter BMKG menambahkan emoticon "cool".

Mungkin akibat rasa percaya diri bahwa informasi mereka valid dan lebih dipercaya daripada sumber informasi lainnya. Mungkin pula itu sebagai upaya psikologis untuk membuat masyarakat tenang. Tapi, emoticon itu salah tempat dan salah sasaran!

Untuk setiap informasi yang menyampaikan adanya bencana alam, emoticon semacam ini tak seharusnya digunakan. Seolah-olah BMKG meremehkan bencana itu sendiri dan terlalu percaya diri (sombong) dengan prediksi dan analisa mereka.

Entah karena kesadaran pribadi atau karena banyak kritik tajam yang mereka terima, BMKG kemudian memposting pernyataan ulang sekaligus merevisi postingan yang mereka hapus sebelumnya. Dalam postingan tersebut, BMKG meminta maaf dan mengatakan ada emoticon yang kurang pas dan penegasan pernyataan.

twitter @infoBMKG

Kesalahan kedua adalah kurangnya pemahaman terhadap tsunami itu sendiri. Arti kata tsunami yang sebenarnya adalah:

 serangkaian gelombang dalam badan air yang disebabkan oleh perpindahan volume air yang besar, umumnya di lautan atau danau besar.

Penyebabnya bisa bermacam-macam. Namun, yang umum dan dikenal luas oleh masyarakat adalah tsunami sering muncul karena dipicu oleh terjadinya gempa. Inilah yang kemudian membuat arti tsunami itu bergeser. Jika ada gelombang besar, tapi tidak terjadi gempa dikatakan bukan tsunami! Seperti yang dinyatakan BMKG dalam tweet yang dihapus itu.

Yang terjadi di lepas pantai Banten dan Lampung itu jelas tsunami, meskipun tidak ada gempa yang mengiringi sebelumnya. Sementara BMKG sebelumnya bersikukuh itu hanya gelombang pasang dan bukan tsunami karena tidak mencatat adanya aktivitas seismik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline