Menulis itu tidak mudah
Siapa sih yang bilang menulis itu mudah? Kalau menulis itu mudah, semua orang akan menulis. Bangsa kita tidak akan terpuruk dalam urutan bawah deretan bangsa yang tingkat literasinya rendah.
Banyak yang bilang menulis itu proses intuitif yang mengalir keluar dari seseorang seperti aliran air sungai ke hilir. Tapi, bukankah sungai itu bentuknya tidak lurus, melainkan berkelok-kelok? Bukankah air sungai yang mengalir itu juga sesekali menghantam batu koral dan granit yang besar?
Menulis itu butuh kreativitas yang rumit. Neuron dalam otak kita harus mampu menangkap ide, kemudian mengeksekusinya dalam bentuk perintah pada jari jemari untuk mengetik di laptop atau menggerakkan pena yang tergenggam di atas kertas kosong. Itulah mengapa saya bilang menulis itu tidak mudah.
Hampir semua tips dan pelajaran menulis itu diperuntukkan bagi mereka yang memang memiliki passion dan willing to write. Karena itu, ungkapan "menulis itu mudah" patutnya ditujukan pada mereka yang suka menulis saja.
Jangan digeneralisir dan dipaksakan menjadi sebuah nasehat untuk semua orang. Karena selain butuh kreativitas, proses menulis juga harus dilandasi rasa suka dan cinta. Dan tidak semua orang suka menulis.
Orang yang suka menulis pasti senang membaca. Tapi orang yang senang membaca belum tentu suka menulis.
Sama seperti orang yang sedang jatuh cinta, yang katanya rela menyeberangi lautan api. Begitu pula dengan orang yang suka menulis. Dia rela belajar keras tentang tips-tips menulis tiada henti, supaya bisa menjadi penulis yang hebat. Untuk mewujudkan rasa suka dan cintanya tersebut.
Tanpa ada rasa suka, otak kita tidak akan mampu memberi perintah pada otot-otot lengan dan jari untuk mulai menulis. Bahkan untuk satu kalimat yang paling sederhana sekalipun.
Karena ada orang yang suka dan cinta menulis, sebagai pasangannya Tuhan pun menciptakan orang yang benci menulis. Ini fakta pertama.