Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Haji "Pengabdi Setan" Dan Pentingnya Mempersiapkan Haji Sedini Mungkin

Diperbarui: 18 Desember 2018   17:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi (muslimahbloggers.com)

Berbicara tentang ibadah haji, saya teringat dengan tausiyah KH. Ali Mustofa Ya'qub (semoga Allah mengampuni segala dosa dan menerima semua amal ibadah beliau). Pada sebuah pengajian di Masjid Agung Denpasar sekitar 4 tahun lalu, saya mendengar istilah Haji "Pengabdi Setan" dari tausiyah beliau.

Dalam ceramahnya, beliau mengkritik keras perilaku sebagian umat islam yang diberi rezeki lebih, dimana mereka melakukan ibadah haji dan umroh berulangkali. Kritik ini pertama kali beliau tulis dalam sebuah kolom di surat kabar 15 tahun yang lalu, tapi selalu beliau ulang dalam setiap kesempatan majelis ta'lim.

Beliau menyebut perilaku ini sebagai perilaku yang konsumtif, dan memberi mereka gelar haji "pengabdi setan". Tentu saja kritik beliau tersebut mengundang reaksi keras dari beberapa ulama. Banyak yang tidak terima dengan kritikan tersebut.

Menanggapi reaksi tersebut, KH. Ali Mustofa Ya'qub lalu mendatangi ulama-ulama tersebut. Dalam silaturahim itu, beliau menjelaskan apa yang beliau maksud dengan gelar haji "pengabdi setan" itu.

Hakekatnya, orang yang beribadah haji berulangkali itu tidak ada dasar hukumnya. KH Ali Mustofa Ya'qub menuturkan, tak ada satu pun ayat yang menyuruh umat muslim untuk beribadah haji berulangkali. 

Menurut sahabat Abdullah ibn 'Abbas, tatkala Nabi Ibrahim mengumumkan kewajiban ibadah haji kepada umat manusia, gunung-gunung merunduk, dan tak lama kemudian terbentuklah beberapa permukiman manusia. Ketika itulah semua makhluk menjawab dengan membaca Talbiyah. Namun, perintah Allah kepada Nabi Ibrahim hanya sampai pada kata "sujud", sebagaimana termaktub dalam akhir surat al-Hajj ayat 26.

Setelah itu, dalam ayat berikutnya, Allah memerintahkan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Dan beritahukanlah kewajiban haji kepada seluruh umat manusia, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus, datang dari segenap penjuru dunia yang jauh."

Di sisi lain, masih banyak kewajiban agama lainnya yang harus dilakukan, seperti menyantuni anak yatim dan fakir miskin. Menurut KH. Ali Mustofa Ya'qub, jauh lebih mulia dan berpahala kelebihan rizki itu dipergunakan untuk kewajiban agama yang lain tersebut, daripada untuk beribadah haji kedua kali, ketiga kali dan seterusnya. 

Motivasi untuk beribadah haji berulangkali itulah yang harus dipertanyakan lagi, apakah murni karena dorongan beribadah, atau hanya sekedar menuruti hawa nafsu yang sudah dibisikkan secara halus oleh setan.

Sebagian besar umat muslim beranggapan, bahwa dengan beribadah haji/umroh ke Baitullah, mereka akan merasa menemui Allah dan berada lebih dekat. Padahal, menurut KH. Ali Mustofa Ya'qub, sembari mengutip hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, Allah dapat ditemui di sisi orang sakit, orang kelaparan dan orang yang menderita. 

Allah dapat ditemui melalui ibadah sosial, bukan hanya ibadah individual. Rasulullah SAW sendiri juga tak pernah menyatakan Allah dapat ditemui di sisi Ka'bah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline